Lihat ke Halaman Asli

Cover Both Sides: Siapa Takut?

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13105551131990381061

TULISAN ini dilatarbelakangi oleh kesadaran setelah menulis artikel Gerakan Kuning Malaysia Rambah Dunia Maya. Tulisan itu menceritakan alur gerakan Malaysia di dunia maya. Memang ada kegenitan sedikit seolah saya mendukung tokoh oposisi Anwar Ibrahim dalam tulisan tersebut.

Kesadaran itu bermula dari beberapa komentar dari warga Malaysia, baik yang tinggal di Indonesia maupun yang asli dari Negeri Jiran. (Dari kejadian itu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada para komentator, karena saya diingatkan untuk tetap menulis secara objektif).

1310557627102524416

Bila disimpulkan keinginan dari komentator itu sebagai berikut: Pertama, tulisan tentang unjukrasa di Malaysia, jangan hanya menulis gerakan itu dari satu sudut pandang. Alangkah lebih baik, penulis juga secara rinci mendeskripsikan gerakan yang kontra. Sehingga ada keseimbangan informasi yang tidak membuat pembaca jenuh.

1310557649961417701

Kedua, martabat tulisan akan lebih menarik dan mengundang simpati, apabila memenuhi standar rasa kepuasan dan pembenaran atas realitas dilapangan secara universal.

13105576931949361678

Kesimpulan itu ternyata benar. Saya buktikan atas tulisan yang bernas dan cerdas dari seorang Nabil Ahmad Fauzi, seorang mahasiswa S2 di Malaysia berjudul Bara Dalam Sekam Politik Malaysia. Beberapa komentator yang sudah mampir di tulisan saya, kembali memberikan komentar kembali di tulisan Saudara Nabil dalam perspektif lebih positif.

Dari kejadian itu, saya menganalisa dan memberikan suplemen pemikiran sekaligus bisa dijadikan kesadaran kolektif bagi kompasianer antara lain:

1.Cover both Side

1310555593475293628

Dalam menulis artikel, apalagi menulis sebuah peristiwa memang harus terjaga etika cover both sides; menelisik tulisan dari berbagai sisi sehingga memiliki keseimbangan. Dalam kasus saya, antara pro dan kontra harus ikut dideskripsikan secara akurat. Ini menjadi kasus penting, dan menjadi pembelajaran berharga.

Apalagi, amat wajar kalau tulisan tentang gerakan di Malaysia bisa dkomentari oleh banyak orang, karena ranking traffic kompasiana di Malaysia sangat bagus.

2.Menjaga Kredibilitas Tulisan

Menulis di Kompasiana, menuruit hemat saya, tidak bisa hanya sekedar cuap-cuap ria. Namun, dijadikan sebuah ‘laboratorium’ untuk menguji kualitas tulisan. Bila sudah teruji, saya kira, tak sulit artikel-artikel yang ditulis di Kompasiana, bisa dikirim menjadi sebuah opini di industri press seperti kompas. Atau sebaliknya, tulisan di Kompas bisa di share kembali di Kompasiana, seperti Faisal Basri. Itulah juga mungkin yang menjadi latar belakang akan diterbitkannya Freez.

3.Menulis Pilihan Objektivitas

Para kompasianer dalam menulis tidak lagi, hanya sekedar mewartakan sebuah peristiwa atau merekam sebuah jejak kehidupan. Namun, ada dorongan membuat pilihan menu tulisan yang objektif. Maksudnya, apakah sebuah peristiwa layak dipublikasikan di kompasiaan atau tidak.

Dari pengalaman diatas, saya juga memberikan pesan, bahwa dari komentar atas tulisan kita, jangan hanya dimaknai sebagai komentar atas dasar pertemanan, saling mengenal, atau sekedar berpartisipasi. Namun, alangkah bahagianya apabila komentar itu benar-benar objektif dengan tulisan yang kita buat.

Semoga bermanfaat. Terima kasih kepada komentator atas tulisan saya, karena saya memiliki gagasan untuk menulis artikel ini. Wallahu’alam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline