Lihat ke Halaman Asli

Was-Was Gejala Post Power Syndrome Anas

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1309503270104752884

www.google.com

Dulu ada iklan Sampoerna A Mild seri ‘Tanya Kenapa’ dengan tagline begini: “Yang Lebih Muda Yang Nggak Dipercaya.” Ungkapan ini,  sebagai gambaran untuk menilai rumah demokrat yang sekarang tengah gaduh dan gundah gulana. Tanya kenapa?

Keresahan itu, bermula dari kasus yang menimpa Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, yang kemarin (30/6) resmi ditetapkan tersangka. Dari awal Anas, sudah mewanti-wanti seluruh kadernya terhadap kasus ini. "Semangat untuk menjaga keutuhan dan kekompakan internal harus diutamakan. Seluruh kader tidak perlu mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kurang menguntungkan," begitulah Anas berpesan seperti dikutip www.bunganas.com.

Namun faktanya tidak demikian. Beberapa kader demokrat justru berontak dan saling lempar bola panas. Sampailah bola banas itu, menyeret Anas dan sejumlah kader partai demokrat muda lainnya, yang menurut Nazaruddin Anas Terima Duit Wisma Atlet.

Bola panas kasus Wisma Atlet, bukan hanya ujian bagi Anas. Namun, telah menjadi signal, jangan-jangan Anas sudah terjebak dengan post power syndrome sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Sekaligus juga, sudah menjadi gejala Partai Demokrat sebagai partai penguasa.

Kita tahu, masa lalu Anas dalam bayang-bayang kebesaran. Baik itu kecerdasannya, karir, maupun jabatan yang pernah diemban. Selama ini, memang Anas sangat kinclong. Bahkan, saat koleganya banyak masuk penjara di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Anas selamat dan lebih terhormat bergabung di Partai Demokrat.

Gejala Anas mengidap Pos Power Syndrome, sudah nampak sejak kasus Nazaruddin Muncul. Ia jarang memberikan komentar. Bahkan, sumber media bukan datang dari dirinya, melainkan dari salah satu kadernya, Ruhut Sitompul. Emosinya juga begitu reaktif. Anas mulai sering terpancing isu. Misalkan menanggapi survey LSI terhadap Partai Demokrat. Bahkan, bisa dikatakan Anas lebih banyak menarik diri selama proses Nazaruddin terjerat kasus Wisma Atlet.

Dengan kejadian ini, publik tentu akan menilai Anas dengan dugaan yang multitafsir. Namun, satu hal yang masih relevan dipertanyakan, benarkah Yang Lebih Muda Yang Nggak Dipercaya? Tentu saja, Anas harus membuktikan dirinya sebagai tokoh politik yang tetap bersih dan tetap bisa dipercaya. Wallahu’alam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline