Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka Untuk Prabowo-Hatta

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Apa kabar? Semoga Anda berdua beserta seluruh partai koalisi dan para pendukung diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga, Bapak diberikan kelapangan hati dan kesehatan untuk memberikan sumbangsih nyata kepada bangsa dan negara.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Pak, malam ini, saya gelisah setelah siang tadi membaca dua berita tentang Anda berdua. Satu berita, deklarasi koalisi permanen merah putih di Tugu Proklamasi dan berita bapak mengatakan brengsek kepada Jakarta Post. Jujur saya merinding. Satu berita ada optimisme membangun kultur demokrasi  bangsa yang sehat dan satu berita lagi melambungkan pesimisme akan hancurnya demokrasi Indonesia.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Mungkin saya sama dengan bapak berdua menunggu tanggal 22 Juli 2014. Hati saya deg-degan. Siapa kelak yang akan mendapatkan mandat rakyat. Bagi saya, siapapun presidennya, Indonesia bisa lebih baik. Dan saya sangat yakin dan percaya, jika Tuhan menghendaki Anda berdua menjadi Presiden dan Waki Presiden, amanah itu akan datang juga. Tidak ada yang mustahil jika Tuhan mengendaki. Dan sebaliknya, jika Tuhan belum memberikan amanah itu kepada Anda berdua, saya mohon dan berharap, bapak bisa menerima kekalahan dengan lapang dada dan mendukung Jokowi-JK mewujudkan harapan warga bangsa. Pun sebaliknya demikian.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Perkenankan saya bercerita sedikit. Semoga cerita ini menginspirasi bapak berdua. Mungkin bapak tahu dengan Yann Martel, seorang penulis novel ‘Life of Pi’ yang sempat menguji kualitas imajinasi perdana menteri negaranya. Penulis yang oleh The Huffington Post disebut sebagai salah satu film paling kuat tahun 2012 silam itu, selama hampir tiga tahun  tak bosan mengirimkan novel, kumpulan puisi, maupun drama kepada Stephen Harper, Perdana Menteri Kanada.

Karya sastra yang ia kirimkan, dimaksudkan untuk menguji kualitas imajinasi sang perdana menteri. Selama berkorespondensi, Martel tak pernah satu kali pun memperoleh surat balasan. Martel meyakini,  seorang pemimpin yang tidak membaca, atau tidak ingin mengetahui tentang orang lain akan punya visi yang membutakan. Dan fiksi bisa menjadi cara terbaik untuk mengeksplorasi yang lain

Martel mengaku, sebenarnya ia tak mau tahu apa yang dibaca orang lain. Masalahnya menjadi lain, ketika orang lain terjun ke politik dan berkuasa. “Begitu seseorang berkuasa atas diri saya, seperti Stephen Harper, saya berkepentingan untuk mengetahui watak dan kualitas imajinasinya. Sebab, mimpi-mimpinya bisa menjadi mimpi buruk bagi saya.”

Martel sebenarnya ingin bersikap acuh tak acuh tentang apa yang orang lain baca. Tapi, begitu seseorang berkuasa atas dirinya, maka ia berkepentingan untuk mengetahui watak dan kualitas imajinasinya, sebab mimpi-mimpinya bisa menjadi mimpi buruk bagi dirinya.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Dari cerita Yann Martel diatas, saya menginginkan bapak tetap menjadi negarawan. Kritikan dari media kiranya dihadapi dengan bijaksana. Siapa tahu, media tengah menguji imajinasi Anda berdua sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden. Saya membaca dan percaya, Anda berdua sangat layak memimpin bangsa. Namun, suara rakyat masih harus kita tunggu yang itu merupakan proses pemilihan yang saya anggap paling demokratis.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Bapak berdua adalah tokoh bangsa. Saya tak bisa membayangkan, jika Prabowo dan Pak Hatta tak mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres. Dengan tampilnya bapak berdua, rakyat diberikan pilihan sulit, untuk menentukan apakah bapak berdua atau Pak Jokowi dan Pak JK yang menjadi Presiden ke-7 kelak. Namun, sejarah akan mencatat dengan tinta emas kiprah bapak berdua. Pun, ada kekurangan, saya kira hal tersebut sama dimiliki oleh Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla.

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Saya merindukan dan ingin melihat bapak berdua berpelukan dengan Pak Jokowi dan Jusuf Kalla seperti saat debat dan momen-momen seperti yang saya lihat dilayar kaca. Indonesia bangga melihat bapak berdua, saling mendoakan dan tertawa serta senyum mesra dan mengabaikan persaingan dan kompetisi. Kapan saya bisa melihat adegan itu kembali pak?

Bapak Prabowo dan Hatta Rajasa

Saya hanya sedikit dari warga bangsa yang menulis surat ini dan resmi dipublikasikan. Jika kebetulan bapak membaca tulisan ini, semoga Bapak memberikan surat balasan dan kembali dibaca oleh jutaan rakyat Indonesia. Semoga Bapak diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline