Lihat ke Halaman Asli

Seger Susastro

Penulis/Editor

[KCV] Senandung Sunyi buat Zaskia

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kolaborasi: N Indah Sari Ajid+ Seger Susastro [No: 153]

Kesepian itu adalah kedamaian. Tak ada tatapan iba berlebihan, ketakutan saat mendengar suaraku yang mengerikan, lirikan kecurigaan saat sapa mereka tak kubalas. Menghindari kontak, sendiri di pojokan, bekerja dalam keheningan adalah caraku berdiam dalam kesepian yang damai itu.

Aku selalu di sini. Dalam duniaku sendiri. Sampai ia hadir mengusik kesendirianku. Ia telah membangkitkan angan seorang perempuan, meski ia terlalu sempurna bagiku. Dengan tinggi badan lebih dari 170 senti, membuatku terpaksa mendongak saat melihatnya. Ditambah wajah tampan berbungkus senyum memikat dan mata yang tajam, dia benar-benar berhasil menghancurkan tembok yang kubangun sejak kecil.

Dia, lelaki itu. Sudah beberapa kali aku bertemu dia. Di lift gedung kantor ini, di tempat parkir, dan bahkan di Musholla gedung. Tadinya aku hanya menganggap dia sama seperti orang-orang asing di sekelilingku, sampai ia menyapaku saat kami berpapasan di lobby gedung. Hai! begitu katanya dari gerak bibirnya yang terbaca olehku.

Dan aku memilih menghindar. Aku bukan siapa-siapa. Aku harus tahu diri. Siapa aku? Aku hanyalah Zaskia, seorang gadis yang kehilangan pendengaran saat berusia lima tahun, kecelakaan saat bermain bersama seorang teman. Anak yang ditinggal pergi oleh Ayah yang tak sanggup menanggung malu, dan hidup berdua bersama Ibu yang tangguh. Gadis yang hanya bisa menamatkan SLBnya dan akhirnya setelah berjuang susah payah bisa juga bekerja walaupun sebagai petugas Cleaning Service.

Aku berjalan cepat menghindarinya, meskipun aku sadar sepasang mata di balik punggungku sedang menatap bingung tak mengerti. Maaf, duniaku hanya milikku sendiri.

***

Kenapa dengan gadis itu? Itulah rasa penasaran saat pertama aku melihatnya. Seorang gadis serius mengelap kaca jendela di ruang kerjaku. Ya, ada senyum agak dipaksakan dari raut mukanya. Tiada suara selamat pagi atau apa yang keluar dari sepasang bibirnya. Dia buru-buru keluar ketika aku masuk ruangan. Aku pun langsung menyalakan laptop dan asyik dengan naskah-naskah jurnal yang harus diedit.

Hari-hari berikutnya aku tak pernah lagi bertemu dia di ruang kerjaku. Mungkin dia tak mau aku melihatnya kalau sedang bekerja. Ruang kerjaku selalu bersih setiap aku masuk. Berarti dia lebih awal bekerja, sebelum aku datang. Suatu hari aku sengaja datang lebih pagi, dia malah nampak terkejut. Senyum yang aneh aku saksikan, seperti pertama kali melihatnya. Dia pun buru-buru keluar ruangan. Dia seperti tidak mendengar sapaan dariku. Hal yang membuat aku jadi penasaran. Kenapa dengan gadis itu?

Belakangan aku tahu, ternyata gadis itu tidak bisa mendengar. Itulah kenapa dia seakan menghindar bila bertemu seseorang. Karena kondisinya tersebut, teman-teman kantor pun tak pernah mengajaknya bicara. Aku merasa kasihan pada gadis itu. Kucoba menyapa setiap kali bertemu atau berpapasan dengannya, meski aku tahu tak akan mendapat jawaban. Suatu kali kami berada dalam satu lift, berdua. Aku tahu dia tak akan mendengar suaraku, tapi aku tetap menyapanya sambil senyum. Waktu itu dia juga menatapku. Entah dia mengerti kalimat yang aku ucapkan tau tidak. Aku lihat senyumdi bibirnya. Bukan senyum yang terpaksa. Ya, aku lihat senyum yang wajar. Sorot matanya pun mengisyaratkan itu.

Dia seperti bicara, tapi suaranya enggak jelas. Atau mungkin karena itu pertama kali aku mendengar dia berbicara. Tidak apalah. Yang pasti gadis itu sudah mau bicara dengan orang lain. Bicara denganku pastinya, sebab tak ada orang lain yang mengajak dia bicara selain aku. Dia tidak lagi menghindar kalau bertemu denganku. Malah, terkadang dia yang tersenyum lebih dulu menyapaku dengan suara yang tetap tidak aku mengerti.

Aku pun mulai memperhatikannya, walau sembunyi-sembunyi. Jujur, gadis itu sebenarnya cantik. Kulit kuning langsat nampak bersih terawat, tinggi badan sedang dengan berat tubuh yang seimbang. terkadang, aku mencari-cari gadis itu kalau tidak melihatnya. Andai saja. Ah, kenapa dengan diriku?..[]

Untuk membaca karya peserta lainnya, silahkan menuju akun Cinta Fiksi. Dan harap sertakan link berikut ini :http://www.kompasiana.com/androgini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline