Lihat ke Halaman Asli

Pretty Sefrinta Anggraeni

Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Pentingnya Memaafkan untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Diperbarui: 29 Juni 2024   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://quranicreflection.wordpress.com/wp-content/uploads/2016/02/842cd5908eb3a2ba8e6a63b4d63ddf39.jpg

Kehidupan selalu penuh dengan rasa sakit. Satu orang akan menyakiti orang lain, yang tersakiti akan menyakiti yang lain juga. Seperti siklus yang tidak berhenti. Kamu mungkin akan tersakiti di lain waktu kamu mungkin juga akan menyakiti. Kita manusia adalah korban sekaligus pelaku. Kita manusia adalah orang yang tersakiti sekaligus orang yang menyakiti. Itulah mengapa penting memiliki keterampilan memaafkan agar kehidupan ini tidak melulu tentang saya disakiti. Itulah mengapa penting punya keterampilan memaafkan, termasuk memaafkan diri sendiri agar kita tidak sibuk dengan menyalahkan diri sendiri karena kita sudah menyakiti. Itu pula mengapa pentingnya meminta maaf, terlepas dari orang lain mau memaafkan atau tidak. Tapi niat untuk menyadari bahwa kita juga adalah pelaku, sambil tetap berusaha bertumbuh dan sebisa mungkin tidak menyakiti adalah niat yang baik. Sementara apakah orang lain memaafkan atau tidak itu adalah pilihannya. Tapi apakah kita mau melepaskan rasa sakit dari masa lalu dan menghidupi masa kini itu adalah pilihan kita. Semoga kita hidup damai dan berhenti menyakiti diri sendiri dan melepaskan rasa sakit dari masa lalu.

Itu adalah salah satu episode di podcast dr. Jiemi Ardian, psikiater Indonesia yang giat membahas tentang kesehatan mental dan melatih mindfulness. Podcast yang berjudul "Alasan Sederhana Kenapa Kita Perlu Memaafkan" ini mengajak kita untuk menyadari pentingnya memaafkan, sebab rasa sakit tidak akan terputus kecuali kita yang memutuskan.

Ketika seseorang menyakiti anda, anda mungkin merasa bahwa menyimpan dendam itu wajar atau bahkan memuaskan. Namun, para psikolog telah menemukan bahwa memaafkan, jika dilakukan dengan benar, dapat menghasilkan kesehatan mental, emosional, dan bahkan fisik yang lebih baik bagi orang yang memaafkan, ucap Robert Enright, PhD, dari International Forgiveness Institute and University of Wisconsin-Madison.

Setiap orang pasti pernah memiliki konflik dan pertengkaran dengan orang lain. Baik itu pertengkaran sederhana dengan pasangan atau kebencian yang sudah lama terpendam terhadap anggota keluarga atau teman, konflik yang tidak terselesaikan tanpa kita sadari mungkin mempengaruhi kesehatan fisik kita.

Penelitian telah menemukan bahwa tindakan memaafkan dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan, seperti menurunkan risiko serangan jantung; meningkatkan kadar kolesterol dan tidur; dan mengurangi rasa sakit, tekanan darah, dan tingkat kecemasan, depresi dan stres. Selain itu, penelitian menunjukkan peningkatan hubungan antara sikap memaafkan dan kesehatan seiring bertambahnya usia.

"Ada beban fisik yang sangat besar jika disakiti dan dikecewakan," kata Karen Swartz, M.D., direktur Mood Disorders Adult Consultation Clinic di The Johns Hopkins Hospital. Kemarahan kronis membuat anda berada dalam mode melawan atau lari, yang mengakibatkan banyak perubahan pada detak jantung, tekanan darah, dan respons imun. Perubahan-perubahan tersebut kemudian meningkatkan risiko depresi, penyakit jantung, diabetes, dan kondisi lainnya. Namun, memaafkan dapat menenangkan tingkat stres, sehingga meningkatkan kesehatan.

Belajar untuk Bisa Memaafkan.

Pengampunan bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata. "Ini adalah proses aktif di mana anda membuat keputusan secara sadar untuk melepaskan perasaan negatif, terlepas dari apakah orang tersebut pantas mendapatkannya atau tidak," kata Swartz. Saat anda melepaskan amarah, kebencian, dan permusuhan, anda mulai merasakan empati, kasih sayang, dan terkadang bahkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat salah kepada anda.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang yang lebih mudah pemaaf, mereka cenderung lebih puas dengan kehidupan mereka dan memiliki lebih sedikit depresi, kecemasan, stres, kemarahan dan permusuhan. Namun, orang yang menyimpan dendam lebih mungkin mengalami depresi berat dan gangguan stres pasca trauma, serta kondisi kesehatan lainnya. Namun bukan berarti mereka tidak bisa melatih diri untuk bisa memiliki hidup yang lebih sehat dengan belajar keterampilan memaafkan.

Bagaimana Memiliki Keterampilan Memaafkan?

Memaafkan adalah sebuah pilihan, kata Swartz. "Anda memilih untuk memberikan belas kasih dan empati kepada orang yang berbuat salah kepada anda." Langkah-langkah berikut dapat membantu anda mengembangkan sikap yang lebih pemaaf dan mendapatkan manfaat dari kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline