ABSTRAK
Klon unggul dari tanaman karet merupakan hasil dari pemuliaan dan pemilihan populasi tanaman selama ekspedisi Henry Wickham pada tahun 1876. Sejauh ini produktivitas tanaman yang dapat dicapai dengan klon-klon unggul tersebut berkisar antara 2500-3000 kg/ha/th. Produktivitas ini masih jauh dari potensi sebenarnya dari perkebunan karet. Dalam meningkatkan produkstivitas tanaman karet dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang telah berkembang. Perkembangan penelitian bioteknologi tanaman karet untuk mendapatkan tanaman unggul dimulai tahun 1972. Penelitian bioteknologi yang digunakan pertama kali adalah kultur anther. Bioteknologi yang digunakan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan barumelalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet. Melakukan peremajaan pada tanaman karet jug dapat meningkatkan produktivitasnya.
PENDAHULUAN
Klon karet yang saat ini sedang berkembang adalah klon unggul yang merupakan hasil pemuliaan dan pemilihan populasi tanaman selama ekspedisi Henry Wickham tahun 1876. Sejauh ini produktivitas tanaman yang dapat dicapai dengan klon-klon unggul tersebut berkisar antara 2500-3000 kg/ha/th. Produktivitas ini masih jauh dari potensi sebenarnya dari perkebunan karet. Menurut Aziz (1998), produktivitas karet secara teoritis dapat meningkat hingga 7000 kg/ha/tahun, sedangkan menurut Ho (1975), potensi produksi pabrik karet dapat mencapai 10 ton/ha/tahun.
Lambatnya peningkatan produktivitas menurut Madjid (1985) disebabkan terbatasnya sumber daya genetik hasil persilangan terus menerus populasi (Wickham, 1876), sehingga bibit yang dihasilkan mengalami inbreeding depression. Menurut peneliti yang sama, keterbatasan dalam mendeteksi variabilitas genetik merupakan faktor penghambat peningkatan produktivitas klon karet. Oleh karena itu, untuk menghasilkan klon-klon unggul baru diperlukan perluasan sumber-sumber keanekaragaman genetik karet yang tersedia. Upaya harus terus dilakukan untuk merakit atau membuat genotipe baru dengan cara menyilang tanaman atau DNA tanaman (Sayurandi & Woelan, 2015).
Kemajuan pemuliaan dan seleksi tanaman karet sangat bergantung pada potensi dan ketersediaan sumber keragaman genetik. Diciptakan keragaman genetik yang besar, salah satunya dapat dilakukan dengan persilangan buatan (hibridisasi) dengan tujuan untuk mendapatkan turunan dengan sifat unggul. Perkawinan silang dari orang tua yang berkerabat jauh dikatakan menghasilkan keturunan yang lebih baik, yang dimanifestasikan oleh heterosis pada keturunan pertama. Menggunakan klon karet unggul secara langsung meningkatkan produktivitas, yang mengurangi biaya input dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan pekebun (Pasaribu, et al., 2018). Tujuan dari artikel ini untuk mengetahui hasil potensi persilangan pada beberapa genotipe tanaman karet uuntuk menghasilkan varietas yang unggul.
PEMBAHASAN
Pengembangan Dalam Bioteknologi
Perkembangan penelitian bioteknologi tanaman karet untuk mendapatkan tanaman unggul dimulai tahun 1972. Penelitian bioteknologi yang digunakan pertama kali adalah kultur anther. Penelitian ini menghasilkan jaringan diploid pada tanaman karet, namun tidak ada satu pun tanaman yang dapat bergenerasi. Pada tahun 1975 dilakukan penelitian kultur tunas pucuk dan batang muda. Hasil yang diperoleh adalah munculnya beberapa kalus dari kutur tunas pucuk seeding aseptic. Selanjutnya pada tahun 1980 dilakuan penelitian, yaitu kultur protoplas yang dimana melakukan pengujian dengan menggunakan berbagai jenis bahan tanaman yang berbeda untuk isolasi protoplas.Pada tahun 1984 dilakukan kultur ovul tak tersebuk yang menghasilakn planlet yang lengkap dan tumbuh haploid melalui identifikasi sitologi. Bioteknologi yang digunakan saat ini adalah berbasis Embryogenesis Somatic (SE) dan microcutting dimana sel somatik berkembang untuk membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet.
Data Klon Karet Yang Tahan Penyakit:
Tabel diatas merupakan klon unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan dan penyakit. Klon yang dikembangkan adalah klon yang bersifat unggul seperti:
- Berkemampuan menaikkan produksi dan produksi lateks tinggi,
- Resisten terhadap penyakit, hama, dan angina,
- Batang tumbuh lurus,
- Cabang relatif kecil dan menyebar rata sekeliling batang,
- Memiliki respon yang baik terhadap stimulasi dan intensitas sadapan rendah,
- Kulit pulihan dan murni helus dan tebal