Lihat ke Halaman Asli

Sefhia Salsabila

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dari Filsafat Jadi Ateis?

Diperbarui: 7 Februari 2024   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang filosof islam, Al-Farabi menegaskan bahwa ”filsafat adalah ilmu mengenai yang ada,yang tidak bertentangan dengan agama,bahkan sama sama bertujuan mencari kebenaran.” Dari perkataan tersebut ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu yang tidak bertentangan dengan agama, namun melihat isu publik mengenai kesalahpahamn terhadap filsafat justru banyak yang mengaitkan filsafat dengan ateis, tentu sangat bertolak belakang dengan pernyataan dari Al-Farabi. Maka munculah pertanyaan, filsafat menjadikan ateis? atau meperkuat keyakinan?

Berangkat dari pengalaman pribadi, saya sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang termasuk aneh kepada teman-teman bahkan guru-guru saya, aneh disini menurut sudut pandang mereka namun sebenarnya itu adalah keresahan yang saya alami, contohnya pertanyaan mengenai eksistensi tuhan yang mana secara tidak langsung itu menunjukan keyakinan saya kepada tauhid agama, apakah tuhan itu ada?apakah tuhan diciptakan?dimana tuhan kenapa kita tidak melihatnya?, sebenarnya pertanyaan seperti itu sudah terjawab melalu dalil kitab suci walaupun tidak secara spesifik. Namun, bagi saya tidak cukup maka munculah pertanyaan tersebut yang diorientasikan kepada jawaban yang rasional, berlandaskan akal dan pemikiran logika tanpa ada campur tangan dalil ataupun sebuah ayat untuk menjawabnya.

Setelah beberapa orang yang saya lontarkan pertanyaan tadi, banyak jawaban yang tidak memuaskan dan bahkan seseorang yang saya anggap punya keilmuan tauhid yang tinggi pun kesulitan untuk menjawab itu, namun bukan berarti saya tidak menemukan jawaban. Banyak analogi analogi yang dapat menjawabnya yang sama sekali belum terpikirkan sebelumnya, analogi itu adalah jawaban filosofis , dia paham ilmu filsafat yang mana mengedepankan akal untuk mendukung pernyataan dari dalil. Sebagai contohnya analogi angka satu yang sebagai jawaban dari pertanyaan,apakah tuhan itu diciptakan? layaknya angka satu dia ada untuk menciptakan angka lain namun dia tidak diciptakan dari angka apapun,bahkan angka nol pun itu tercipta dari satu. Dari satu contoh tersebut membuat keyakinan saya bertambah, saya lebih percaya bahwa eksistensi tuhan memanglah ada, maka sangatlah cocok ketika kita sudah mengetahui sebuah dalil terhadap sesuatu, lalu kita belajar filsafat untuk menentukan secara rasional.
Dari pengalaman pribadi saya tersebut, membuat saya semakin yakin jika filsafat ini tidak menjadikan kita ateis namun justru dapat memperkuat value keyakinan beragama kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline