Lihat ke Halaman Asli

Sigit Purwanto

Pekerja Kantoran

Demokrasi dalam Seporsi Lontong Balap

Diperbarui: 22 Juli 2024   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.masakapahariini.com

 

Pernahkah kalian makan lontong balap? Kalau pernah tentu kalian tahu, kalau bagian terbanyak dalam seporsi lontong balap adalah kecambah, bukan lontongnya.

Lontong balap merupakan salah satu makanan khas dari Surabaya. Sebagai gambaran, di dalam satu porsi lontong balap terdapat beberapa potong lontong, tahu goreng, lentho dan kecambah yang melimpah, mendominasi piring dengan jumlah terbanyak.

Saya sendiri penasaran, dari mana nama lontong balap ini berasal. Kalau dilihat dari makanannya, kok kayaknya kata "balap" tidak ada kaitannya dengan menu makanannya.

Dari hasil searching di Google, ternyata penaamaan makanan ini berasal dari kebiasaan pedagangnya zaman dulu. Mereka adu cepat, balapan sesama penjual untuk terdepan sampai di tempat jualan. Dari sini lah muncul istilah lontong balap.

Lalu, kenapa juga makanan ini tidak dinamakan kecambah balap?, bukannya kecambah yang paling banyak porsinya, bukan lontong?.

Penaamaan makanan ini telah mengabaikan prinsip demokrasi. Dalam demokrasi suara terbanyak adalah pemenang. Dan sudah jelas, kecambah adalah  suara terbanyak dalam seporsi lontong balap. Misal saja, diadakan pemilu di sepiring lontong balap, sudah pasti kecambah pemenangnya.

Iseng-iseng, saya tanyakan ke penjualnya, kenapa tidak disebut kecambah balap. Jawaban diplomatis dari penjualnya, karena lontong yang lebih mengenyangkan, daripada kecambah.

Menurut bapak penjualnya, hal tersebut yang membuat pencipta lontong balap menamakannya demikian. Tidak dinamakan kecambah balap. Lontong yang dapat mewaikili tujuan orang makan bukan kecambah. Lontonglah yang membuat kenyang bukan kecambah.

****

Berbeda dengan lontong balap yang jelas-jelas melanggar prinsip demokrasi, negara kita secara sahih sudah menetapkan diri  sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline