Lihat ke Halaman Asli

Visi dalam Bayangan-Dirgahayu TNI AU Ke-64

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada hari ulang tahunnnya yg ke-64, TNI AU diharapkan secara perlahan bergerak menuju ke arah perbaikan setidaknya akan dibangun menuju sebuah kekuatan yg diberi nama Minimum Essential Force (Kekuatan Pokok Minimum) (http://www.detiknews.com/read/2010/04/09/111014/1335174/10/hut-ke-64-tni-au-pamer-aksi-sniper-dan-pesawat-tempur ). Kata “minimum” disini tentu saja bukan berarti seminim mungkin, atau sekedar masih ada saja seperti kondisi yg akan terjadi jika pesawat2kekuatan udara kebannggan kita itu terus menerus berjatuhan seperti yg terjadi beruntun di sepanjang tahun 2009. Minimum Essential Forces yg dimaksud adalah jumlah alutsista minimal yg wajib dipenuhi oleh negara kepada TNI AU agar dapat menjaga kedaulatan negara di udara, dari Sabang sampai Merauke.

Dalam kesempatan berbicara dalam rangka HUT TNI AU yg ke-64, sekali lagi ‘airforce one’ mengemukan cita2 atau visinya yg sejak awal menjabat telah dicanangkan yaitu membawa TNI AU menggapai apa yg disebutkan the first class air force (http://antasari.net/64-tahun-tni-au-menuju-the-first-class-of-air-force/ ).

Namun ada satu hal yg sangat menarik disini, bahwa satu2nya informasi tentang definisi first class airforce yg diharapkan, tidak pernah tertuang pada situs tni au yg merupakan sumber utama kemana masyarakat yg peduli kepada airforce-nya ingin bertanya.Jawaban yg memungkinkan justru muncul dari situs yg ditulis seorang anggota TNI AU tanpa menyebutkan sumber awal darimana datangnya data tersebut (http://metronews.fajar.co.id/read/88448/19/memimpikan-au-jadi-the-first-class-airforce ).

Sebagai warga negara yg peduli terhadap kekuatan tentara langit, saya menghimbau kepada pihak yg terkait, bahwa sebuah cita2 atau sebuah visi sudah seharusnya setinggi mungkin dan dapat tercapai, bukan sebuah utopia belaka bagai Icarus yg ingin terbang ke matahari dengan sayap yg direkatkan dengan menggunakan lilin. Dalam mencapai visi tersebut perlulah diciptakan grand design kekuatan (yg khawatirnya belum ada menurut buku ‘Tragedi dan Strategi Pertahanan Nasioanal’ yg dibuat oleh mantan wakil komisi I DPR 2004-2009), sebuah blueprint rancangan kekuatan yg perlu dimiliki guna mencapai visi tersebut yg tentunya akan menjadi acuan ke depan dalam pembangunan kekuatannya, baik sumber daya manusia, maupun alutsista. Dengan melihat blueprint tersebut, dimulailah misi2 guna mengisi acuan-acuan tersebut , perlu ditentukan pula secara jelas parameter2 yg harus dicapai dalam setiap tahap sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan (atau kegagalannya) dan tentunya harus tertulis secara hitam di atas putih, bukan sekedar slogan tinggi tanpa penjelasan arti, sehingga seluruh prajurit mulai dari pucuk sampai yg di lapangan mengerti secara detil dan jelas memiliki visi yg sama dan tahu bagaimana proses mencapai visi tersebut.

Dirgahayu Tentara Langit, Jagalah Kedaulatan Udara Negara Kita.

SDP

===warga yg selalu kagum pada tentara langitnya pada tahun 60-an===

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline