Lihat ke Halaman Asli

Membumikan Less Waste Event

Diperbarui: 5 November 2018   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perhelatan Asian Games 2018 belum lama berlalu. Sebagai ajang akbar olahraga se Asia, Indonesia berhasil menghelat acara ini begitu meriah dan sukses. Namun, diluar itu ada yang menarik, yaitu dengan diperkenalkannya Asian Games dengan konsep Less Waste Event. Apa itu?

konsep Less Waste Event, atau Pengelolaan Sampah pada penyelenggaraan acara adalah sebuah kegiatan bersama dimana seluruh stakeholder antara lain: penyelenggara, pembeli/pengisi stand (pedagang), sponsor, dan pemilik tempat lahan serta pengunjung berkomitmen untuk melakukan pengelolaan sampah. Artinya tanggung jawab pengelolaan sampah tidak hanya menjadi domain instansi pengelola sampah, tapi menjadi tanggung jawab bersama.

Merujuk pada data DLH Provinsi DKI Jakarta, total timbulan sampah selama 16 hari gelaran Asian Games mencapai 1.119 ton. Namun baru sekitar 180 ton (16%) sampah dapat dipilah dan di daur ulang, sedang sisanya, 939 ton sampah dikirim ke TPAS Bantargebang. Dari data ini dapat dilihat, meskipun telah dilakukan pemilahan dan pendaurulangan sampah, namun persentase sampah yang diangkut ke TPAS masih dominan (84%).

Selama ini, dalam sebuah acara, pengelolaan sampah tidak menjadi bagian yang terintegrasi dengan seluruh rancangan acara, dan lebih dilihat sebagai kegiatan diakhir dengan terangkutnya, atau bersihnya lokasi dari sampah. Padahal, lebih dari itu, memastikan bahwa terdapat aksi pengurangan timbulan sampah lebih penting karena akan mengurangi timbulan sampah yang akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang areanya semakin lama semakin terbatas.

Karena itu bisa dibayangkan bila dalam satu hari ada lebih dari satu event dihelat, maka biaya operasional pengelolaan sampah dan beban TPAS juga pasti membengkak, karena tidak hanya mengurusi sampah harian rumah tangga tetapi juga sampah pada penyelenggaraan acara.

Less Waste Event menjadi mutlak dilakukan, tapi pelaksanaan di lapangan tentu tidak semudah yang dikira. setidaknya penolakan akan muncul pertama kali dari penyelenggara, karena perlu menambahkan tambahan pekerjaan pada pengelolaan sampah, belum lagi pembeli/pengisi stand jika mereka diminta untuk melakukan sesuatu yang berbeda, apalagi sampai mengeluarkan biaya tambahan, ditambah lagi stigma "ribet" bagi pengunjung bila harus misalnya membawa wadah sendiri untuk membeli di stand makanan yang ada.

karena itu perlu langkah strategis agar konsep ini dapat diterima secara baik oleh semua pihak yang berkepentingan. Merujuk pada Pedoman Less Waste Event yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, setidaknya ada 3 tahapan pelaksanaan, yaitu: sebelum Acara (Pra-Event), pada saat acara (Event), dan setelah pelaksanaan acara (Pasca-Event).

Pra-Event

Sebelum pelaksanaan acara, komunikasi antar pihak perlu dilakukan secara intensif. Informasi tentang pentingnya penerapan Less Waste Event harus diketahui dan menjadi perhatian oleh semua pihak.

Gerakan Less Straw Movement (pengurangan Sedotan plastik) yang dilakukan oleh salah satu gerai makanan cepat saji, misalnya, bisa jadi entry point untuk pengenalan pengurangan sampah, bahwa penggunaan sedotan plastik sekali yang tidak bijak akan mempengaruhi kualitas lingkungan hidup.

Dari komunikasi intensif, maka dibentuk tim pengelolaan sampah yang mengkordinasikan dan memastikan agar dalam penyelenggaraan acara ini, sampah dapat dikelola dengan baik. Di tim ini akan ditentukan apa, siapa, berbuat apa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline