Lihat ke Halaman Asli

Tentang Arus

Diperbarui: 9 September 2016   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlunya dam (bendungan) ...

Sama seperti arus air yang mengalir di sungai saat banjir kiriman dari Bogor ke arah Jakarta datang saat musim hujan.Dam/bendungan yang banyak terdapat di aliran anak sungai ciliwung yang letaknya persis disisi kanan  jalan raya Jakarta-Bogor  (kalau dari arah bogor menuju jakarta) berfungsi sebagai pengatur debit air yang akan melintas dan juga meminimalisir dari kemungkinan banjir di wliayah Jakarta .

Begitu juga maksud saya dengan arus kendaraan yang datang dari berbagai wilayah yang arahnya dari pinggiran Ibu Kota menuju pusat kota disaat jam jam sibuk.Perlunya dam/bendungan juga kalau saya analogikan sebagai  kontrol dan filter arus kendaraan dari arah pinggiran Jakarta ke pusat pusat kota Jakarta. Agar jalan jalan non tol di wilayah pusat pusat kota dapat terkontrol arus dan volume yang ingin melintas.

Mungkin dengan begitu dapat menjadi opsi pemecah kurang cairnya kemacetan kemacetan yang biasa terjadi dijalanan Ibukota. Kenapa tidak meniru dam/bendungan yang banyak terdapat di anak sungai ciliwung (sebagai kontrol debit air) kita aplikasikan di jalan jalan raya diwilayah wilayah yang terbiasa dengan keadaan macet.

 Saya hafal sekali dengan sepanjang jalan raya Jakarta-Bogor karena lahir dan tumbuh sampai usia remaja di wilayah tersebut sebelum sekarang saya menetap di wilayah Tang-Sel. Sering saya waktu usia anak anak  bermain didepan komplek rumah tempat dulu saya tinggal dan memandangi air terjun buatan di dam/bendungan yang letaknya persis didepan Komplek Bek Ang Cibinong itu. Entah kenapa tiba tiba saya teringat dengan bendungan dan air terjun saat saya dulu masih anak anak,  teringat kemacetan tadi pagi saat saya narik angkot ,  ... " hee ... clink ... dari pada bengong  saya tuang saja semua yang ada di  dalam kepala menjadi tulisan" ...  

Kalau pihak Kepolisian dan DisHub yang paling mengenal lapangan dapat lebih jeli dari yang sekarang saat merekayasa arus lalu lintas dan tepat menempatkan marka jalan (maksudnya dari yang tadinya rambu untuk berputar diubah menjadi dilarang berputar dst) , bukan mustahil hasilnya bisa lebih optimal lagi sebagai alternatif cara untuk mengatasi kemacetan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline