Setelah saya menginjak usia 45 th, barulah saya memiliki kesempatan untuk menginjakkan kaki di arena Ice Skating. Pada waktu itu, kami kedatangan tamu-tamu kecil kami, teman dari anak-anak kami yang masih ingin menghabiskan waktu bersama sebelum mereka kembali disibukkan dengan kegiatan-kegiatan di sekolah mereka masing-masing.
Kami tiba sekitar pukul 17.00 di BX Rink BXC Bintaro, ternyata arena sedang dibersihkan untuk dilakukan pelapisan es kembali dan baru dibuka kembali pukul 17.30. Kami berjalan-jalan di sekitar vendor yang lain sambil menunggu waktu tiket penjualan kembali dibuka.
Akhirnya loket penjualan tiket pun dibuka kembali pada pukul 17.25. Sebagai bentuk solidaritas, kami semua mengantri untuk membeli tiket. Awalnya kami hanya membelikan tiket untuk anak-anak saja, sementara kami - berdua dengan suami - berencana hanya menonton dan mungkin kami akan membeli secangkir kopi hangat sambil berbincang-bincang dan mengawasi anak-anak menghabiskan waktu mereka di arena Ice Skating. Namun sebelum itu, kami bermaksud menyaksikan dahulu anak-anak bermain di arena Ice Skating.
Kami menunggu agak lama sampai akhirnya muncullah salah satu rombongan dari anak-anak kami. ‘Ah itu mereka rupanya….’ Kami berfikir mengapa lama sekali mereka muncul di arena.
Yang pertama kami lihat muncul adalah Fira, teman anak kami, disusul Rozan dan Bhrissa. Ah kemana anak-anak kami? Akhirnya Ame muncul dan setelah beberapa saat muncullah Salsa dan Fadhila.
Kami memperhatikan anak-anak yang mulai belajar beradaptasi dengan sepatu dan arena Ice Skating. Hmm….. banyak hal yang harus disesuaikan rupanya. Masing-masing dari mereka mencoba beradaptasi dengan cara mereka masing-masing. Ada yang dalam sekejap berani mencoba meluncur, kelihatannya dia tipe seorang risk taker – seseorang yang berani mengambil risiko – sesuatu hal yang memang kita perlukan dalam menjalani kehidupan ini, karena kalau tidak, bisa-bisa kita hanya diam di tempat dan tidak mampu bergerak ke mana-mana. Hanya bisa menonton orang lain tanpa melakukan action apa-apa dari diri kita sendiri.
Tipe yang lain muncul : Sangat berhati-hati – akibatnya gerakannya lamban sekali dan di wajahnya terpancar ketakutan serta ketidaktenangan. Wah padahal kita pergi ke arena Ice Skating kan untuk Having Fun, bukan untuk merasa ketakutan ataupun ketidaktenangan. Mengapa bisa demikian?
Aneka pemandangan dari arena Ice Skating terpampang di hadapan kami. Ketika kami melihat wajah-wajah ketakutan mereka untuk mencoba meluncur di arena, kami tertawa cekikikan. Seolah itu adalah pemandangan yang lucu. Kami berdua tertawa-tawa sampai tak terasa kadang air mata kami ikut berderai kareka mentertawakan mereka.
Akhirnya Salsa, salah satu anak kami meminta kami berdua untuk mencoba bergabung di arena agar bisa merasakan sendiri bagaimana situasi yang dihadapi oleh anak-anak.