Lihat ke Halaman Asli

Tangis, Tanya, Semoga Abadi Merdeka Ini

Diperbarui: 25 Agustus 2019   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tangis, tanya Semoga Abadi Merdeka ini

Diantara dedaunan hijau
Bunga -- berbunga berangke - rangke
Menjulur -- julur menyembul -nyembul
Ke dan di ujung -- ujung pepohonan ini

Matahari memberimu sinar
Memasak makanan-makananmu
Tetes -- tetes embun di pagi yang dingin
Memberimu minum setelah makan

Hari kian hari
Bunga -- bunga telah matang
Menunggu saatnya berbuah

Dan hari itu pun tiba
Merekahlah buah -- buah bersama bebijian yang masih muda
Bergelantungan di pucuk -- pucuk pohonnya
Kian bertambah kian rame

Rame pengunjung datang melawat
Adalah burung -- burung pipit
Bernanyi ria dalam kicauannya
Melompat -- lompat dari dedahan yang satu pindah ke dahan yang lain

Alam telah menakdirkan
Jambu Mente dan bulan Agustus kemerdekaan
Hadir di waktu yang sama
Sedari dulu, kala kanak -- kanak hingga kini, di sini

Kehijauan daunnya, buah -- buah dan bebijian muda yang seolah menari bersama desau angin
Dan di sini, di langit ini
Di ujung-ujung tiang tertinggi
Kibar merah putih melambai - lambai
Memerah putihkan langit, berkibar -- kibar bebas merdeka
Di langit biru, di birunya harapan dan mimpi kemerdekaan

Adalah adil makmur
Tentang rakyat yang sehat
Pergi ke sekolah
Petani yang sejahtera
Nelayan tanpa terkecuali
Dari tetepian sepanjang pantai
Hingga yang bermukim di lembah
Dan kaki bukit juga gunung
Semuanya, ya semuanya,
Menghirup udara yang sama, KEMERDEKAAN.............

Merdekakah kita ?
Merdekakah bangsa ini ?

Tanah Papua menangis
Keriting rambut hitam kulit
Masih menjadi masalah di negeri ini
Masih menjadi ukur - mengukur di negeri ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline