"Apa yang membedakan R.A. Kartini dengan orang lainnya? Kenapa dia bisa jadi sejarah?"
Sebuah pertanyaan atau pernyataan dari temanku malam ini membuyarkan konsentrasiku yang sedang mengerjakan kerjaan di laptopku. Malam ini temanku bertandang ke kamarku. Rencananya dia menginap di kamarku.
"EHmm apa ya. Mungkin gerakan perubahannya"
"Salah" jawab temanku
"Yang membedakan adalah tulisan. Tulisannya sungguh telah menjadikannya tokoh yang bersejarah bagi bangsa kita."
Dengan menggebu gebu seperti terbakar semangat nasionalisme temanku menjawabnya.
"Jadi jika kita ingin menjadi sejarah bagi bangsa kita, kita harus rajin menulis dan akan mencetak sejarah."
Tulisan memang bersifat kekal. Hal yang akan kita tulis saat ini akan menjadi sejarah di masa depan mengenai kondisi saat ini, budaya saat ini, politik saat ini, ilmu saat ini. Oleh karena itu semua yang kita tulis bukanlah sesuatu yang sia sia. Kita bisa berbagi segala pengalaman maupun pengetahuan kita melalui tulisan.
Karena itu tetaplah menulis dimanapun baik itu Jurnal ilmiah, catatan harian, blog bahkan ocehan kita di media sosial pun akan menjadi sejarah yang akan tertulis di masa depan. Baru baru ini aku membuka media sosialku. Dan setelah aku baca statusku lima tahun yang lalu membuatku tertawa maupun flashback ke kejadian masa lalu.
Kekuatan tulisan pun bisa membawa perubahan bagi sudut pandang bagi pembacanya. Sebuah tulisan dengan berbagai argumentasi bisa mengarahkan pembacanya mengikuti alur sudut pandang penulis. Sebuah tulisan bisa menjadi sebuah media provokasi layaknya pidato Soekarno yang menggema sehingga menggetarkan jiwa. Sebuah tulisan dengan bumbu bumbu kesedihan bisa membawa tingkat emosi kepada pembacanya. Karena itu kekuatan tulisan itu sungguh sangat hebat.
Namun dari obrolan singkat dengan temanku ada satu hal yang aku garis bawahi. Tetaplah menulis dan jadikan hari ini sejarah di masa depan.