Setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat, umat muslim berada pada keadaan dimana akan terjadi perpecahan dari golongan orang-orang yang memeluk ajaran Islam hanya karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dari sini muncullah orang-orang yang enggan membayar zakat, tidak menjalankan syariatn Islam, munculnya orang-orang yang murtad, bahkan ada yang mengaku sebagai nabi setelah wafatnya Rasulullah Muhammad. Hal ini tentu menjadi kewajiban bagi Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah penerus kepemimpinan Islam setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Nama asli ABu Bakar adalah Abdul Ka'bah ibn Utsman. Dia adalah seorang dari empat khuulafau-r-rasyidin yang memerintah umat muslim setelah Rasulullah Wafat. Abu Bakar termasuk orang terkemuka Qurays pertama yang memeluk Islam. Pada masa jahiliyah nama Abdul Ka'bah ini ditukar oleh Rasulullah dengan nama Abdullah. Nama Abu Bakar didapat karena sejak awal sekali dia masuk Islam. Gelarnya Ash-Shiddiq, karena amat segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai peristiwa, terutama peristiwa isra' dan mi'raj.
Problematika yang dihadapi pada awal masa kepemimpinan Abu Bakar ialah kekacauan dan pemberontakan oleh orang-orang yang menjadi muslim karena mengikuti Rasulullah. Dari pemberontakan itu muncullah orang-orang murtad, mengaku menjadi nabi, pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan orang-orang yang tidak mau membayar Zakat. Dalam kesulitan yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar, dengan seraya mengatakan bahwa beliau akan menumpas semua yang menyeleweng dari kebenaran, kecuali mereka kembali kepada ketaqwaan.
Untuk menghadapi pemberontakan itu, Abu Bakar telah menyiapkan beberapa pasukan yang ditujukanuntuk memberantas kekacauan yang ada. Sebelum mengirim pasukan yang ada ke beberapa tempat yang dituju, beliau terlebih dahulu mengirimi surat kepada golongan atau orang yang menyeleweng tersebut. Didalam surat itu dijelaskan seruan untuk kembali kepada ajaran Islam, diperingatkan pula apa akibat yang akan terjadi kalau mereka masih dalam kesesatan itu, kemudian barulah Abu Bakar memerangi mereka. Peperangan ini dikenal sebagai perang "Riddah" yang diambil dari kata Murtad, murtad disini tidak dimaksudkan kembali kepada kemusyrikan, namun yang dimaksud dalam perang Riddah ialah untuk memerangi mereka yang enggan membayar zakat.
Masa pemerintahan Abu Bakar terbilang sangat singkat, terhitung dari tahun 632 sampai 634 masehi atau 11 sampai 13 hijriyah. Namun pada masa pemerintahannya beliau berhasil melaksanakan tugas utama yang dihadapinya. Salah satunya ialah menegakkan pemerintahan Madinah yang terancam keruntuhan dan mempersatukan kembali suku-suku yang terpecah-pecah bahkan mengislamkan suku-suku yang sebelumnya memusuhi Islam.
Dalam beberapa penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa praktik diplomasi yang dilakukan oleh Abu Bakar memiliki karakteristik yang agak keras dan tegas, yaitu dengan menggunakan konsekuensi untuk diperangi apabila masih tidak mau taat kepada kebenaran. Namun, dengan cara itu, ABu Bakar mampu untuk menstabilkan keadaan dan pemerintahan Madinah yang telah dibangun oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H