Lihat ke Halaman Asli

Jika "Millenials" Jadi Politisi

Diperbarui: 10 Oktober 2017   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah Millenial, Generasi X, Y, dan Z, kini digunakan untuk mengkategorikan kelompok demografis dalam lingkungan sosial. Millenial menjadi terminologi yang saat ini ramai dibicarakan. Millennials atau generasi Y adalah kelompok usia setelah Generasi X.

Peneliti sosial mengelompokkan generasi yang lahir antara tahun 1980-2000 sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda yang saat ini berusia antara 15--34 tahun.

Dengan demikian, generasi millenial kini telah dan akan masuk ke dunia kerja, dalam berbagai bentuk jenis pekerjaan. Dunia kerja sudah mempersiapkan berbagai bentuk perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan sosial. Karena bagaimanapun, Generasi millenial-lah yang akan menjadi pekerja, pengambil keputusan, hingga konsumen atau target pasar nantinya.

Dalam dunia politik, fenomena yang terjadi saat ini malah sebaliknya. Usia dianggap sebagai sebuah tolak ukur kemapanan seseorang untuk berpolitik. Lihat saja demografi politisi di Indonesia saat ini, yang didominasi oleh generasi sebelum millenials, atau generasi X.

Jauh sebelum generasi X, tepatnya pada masa kebangkitan nasional dan perjuangan kemerdekaan, ledakan semangat pemuda kala itu seperti tak terbendung. Bisa dikatakan generasi saat itu punya mimpi yang sama, yaitu untuk merdeka.

Nah, bagaimana dengan generasi millenial? Untuk melihat bagaimana masa depan politik Indonesia saat nanti diisi oleh generasi millenial, perlu diketahui bagaimana karakteristik generasi millenial. Berikut karakteristik Millenials :

Narsis dan mementingkan branding

Pada 2013 Majalah TIME menerbitkan sebuah edisi khusus millenials, dengan tajuk "Me Me Me Generation" dengan cover seorang gadis sedang ber-selfie masih kerap menjadi bahan perbincangan dan diskusi.

TIME menyebutkan bahwa generasi milenial tumbuh ke arah yang lebih buruk. Mereka narsis, penggila gadget, egois, dan manja. Berbagai 'fakta negatif' mengenai generasi millennial pun diungkapkan oleh majalah ini, antara lain, perkembangan yang mereka yang terhambat.

Mementingkan diri sendiri, serakah, mau menang sendiri, dan ingin diperhatikan, itulah anggapan mengenai generasi millenial yang kemudian dirangkum dalam satu definisi: narsis. Apakah kapkan fakta sifat narsis, mencintai diri sendiri, atau sifat-sifat serupa membawa efek negatif?

Fenomena narsisme sudah dilakukan oleh banyak politisi saat ini. Sebagai contoh pemanfaatan media sosial untuk membangun citra. Banyak politisi menggunakan medsos untuk menyebarkan isu-isu politik atau hanya sekedar mengunggah kegiatan keseharian. Hal ini bertujuan jelas, yakni untuk menarik simpati khalayak, khususnya millenials.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline