Lihat ke Halaman Asli

Hiruk Pikuk Benang Kusut Skripsiku

Diperbarui: 15 Oktober 2023   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kebijakan dari menteri pendidikan Nadiem Makarin yang menghapus kebijakan skripi sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana. Sudah kita ketahui bahwa skripsi sendiri sudah menjadi momok bagi setiap mahasiswa, tidak jarang mahasiswa yang kesulitan dalam proses penyusunan skripsi yang akhirnya memberikan dampak menjadikan mereka mahasiswa abadi didalam kampus.

Munculnya kebijakan penghapusan skripsi menjadi perbincangan yang hangat terutama dalam bidang pendidikan saat ini, dimana dengan munculnya kebijakan tersebut menuai banyak sekali pro dan kontra yang terjadi dimasyarakat, terutama pada kalangan mahasiswa sendiri.

Mahasiswa yang merasa tertekan dengan adanya skripsi dengan kesulitan banyaknya revisi dari dosen, dosen yang sangat susah ditemui, bahkan ada yang sudah sampai bab 3 malah ganti judul, bebrapa contoh hal tersebut yang menjadikan mahasiswa sanagt stress dengan adanya skripsi. Namun tanpa kita sadari secara tidak langsung skripsi melatih kita dalam banyak hal untuk menghadapi dunia kerja kedepannya, dimana kesiapan mental yang diuji dalam penyusunan skripsi dapat melatih mental kita untuk menghadapi dunia kerja maupun kehidupan dikedepannya.

Beberapa dampak maupun efek yang didapatkan dari adanya skirpsi sebagai syarat kelulusan yakni ketika kita melakukan suatu proses pembuatan skripsi yang sangat menguras tenaga dan pikiran pastinya yaitu yang paling penting dan utama ialah dapat mengasah dan menguji pemikiran kita yang lebih sistematis atau cara berfikir kita dalam mengatasi suatu problematika yang ada disertai dengan solusi yang dapa diberikan untuk menyeleseikan suatu permasalahan tersebut.

Meskipun begitu kebijakan mengenai penghapusan skripsi ini tetap diserahkan kepada kebijakan masing-masing kampus, dan pemerintah hanya memberika beberapa pilihan yang dapat menjadi pengganti skripsi untuk mahasiswa. Berikut alternatif tugas akhir untuk mahasiswa sebagai pengganti skripsi :

  • Proyek kolaboratif
  • Dalam proyek ini mahasiswa tentunya tidak akan melakukannya secara individu melainkan dengan kolaboratif bekerja sama dalam tim untuk menyeleseikan proyek-proyek inovatif yang relevan dengan disipin ilmu mereka, proyek tersebut dapat mencakup penelitian, solusi untuk masalah yang nyata hingga ke pengembangan produk.
  • Portofolio
  • Portofolio sendiri merupakan kumpulan dari karya-karya mahasiswa selama masa studi, portofolio dapat berupa esai, presentasi, prestasi akademik, proyek-proyek lainnya. Hal ini dapat digunakan untuk mencerminka pencapaian dan perkembngan dari mahasiswa tersebut, batasan dan standar minimal karya harus dikawal oleh dosen pembimbing.
  • Magang dan praktek lapangan
  • Mahasiswa dapat bekerja pada industri atau apapun yang relevan dengan bidang studi ilmu mereka. Saat menjalankan magang, mahasiswa akan diberikan proyek yang lebih sigifikan dan relevan dengan bidang studinya.
  • Protopipe produk
  • Prototipe sendiri merupakan model awal ataupun representasi sederhana dari suatu produk atau sistem yang dirancang dengan sedemikian rupa untuk menguji konsep, fitur, dan fungsi potensialnya.
  • Publikasi ilmiah
  • Terakhir mahasiswa sendiri dapat berkontibusi dalam publikasi ilmiah yang mencakup menulis artikel ilmiah, konferensi, atau berpartisipasi dalam riset bersama dengan fakultas. Mahasiswa juga berperan aktif dalam disiplin ilmu mereka masing-masing, tidak hanya sampai disitu mahasiswa juga dapat membagikan hasil penelitian mereka kepada masyarakat ilmiah ataupun industri.

Apapun nantik semua kebijakan penghapusan skripsi tetap diserahkan pada kebijakan masing-masing universitas, apapun nantinya baik kampus tersebut menggunakan skripsi atau alternatif lainnya sebagai syarat untuk kelulusan, diharapakn semua keputusan atau kebijakan tersebut memberikan dampak yang baik untuk kampus mauun mahasiswannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline