Lihat ke Halaman Asli

Asyana Eka Putri

scholasticaasyana@gmail.com

Meminimalisir Dampak Bencana Akibat Perubahan Iklim

Diperbarui: 10 Desember 2017   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo credit: Michael Oko


Pada pelaksanaan UNFCCC COP16 di Cancun, Meksiko, Desember 2010 lalu, topik mengenai loss and damage menghangat dan menyeruak ke permukaan. Apa itu loss and damage dan bagaimana kedua hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan iklim? Apa dampaknya bagi masyarakat luas, terutama penduduk di Indonesia?

Perubahan iklim memang sebuah keniscayaan: tak serta merta terasa, namun ada, dan tak bisa kita hindari. Aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan dituding menjadi penyebab utama dari perubahan iklim, seperti pembakaran hutan dan pengelolaan sampah yang tak terorganisir dengan baik.

Sementara menurut Prasad dkk. (2009), dampak krusial dari perubahan iklim sendiri dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni:

Dampak terhadap lingkungan, termasuk di dalamnya perubahan di pesisir dan sistem kelautan, kehutanan, serta biodiversitas;

Dampak terhadap ekonomi, yang merupakan ancaman bagi ketersediaan air bersih, pertanian, perikanan, disrupsi pada pariwisata, serta pertahanan energi;

Dampak terhadap kehidupan sosial, mencakup perpindahan penduduk, hilangnya mata pencaharian, hingga permasalahan kesehatan.

Dampak-dampak tersebut disinyalir akan paling mempengaruhi kehidupan masyarakat miskin di perkotaan dan sekitarnya, seperti termasuk juga pemukiman kumuh di bibir pantai.

Salah satu dampak pemanasan global lain ternyata tak berhenti pada fakta mencairnya es di kutub melainkan berlanjut hingga kenaikan permukaan air laut yang signifikan, bahkan diperkirakan mencapai 0.09-0.88 meter dalam satu abad mendatang menurut Special Report on Emissions Scenario(SRES), dan fakta ini tentu mengancam kehidupan umat manusia, terutama mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil maupun pesisir.

Isu ini sangat vital bagi masyarakat Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahun 2014, rata-rata kenaikan muka laut di Indonesia sebesar 0,73 - 0,76 cm per tahun.

Sumber: Tempo.

Di Semarang dan Demak, dua kota yang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Tengah, kerap ditemui bencana rob atau naiknya permukaan air laut, namun kian tahun dampaknya kian mengkhawatirkan, bahkan hingga memaksa penduduk untuk meninggalkan rumahnya dan berpindah ke tempat yang lebih aman. Selain peristiwa rob, kenaikan permukaan air laut kelak diperkirakan bisa menyebabkan sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia tenggelam dan 42 juta rumah di pesisir hilang, seperti diungkap oleh salah satu staf ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2015 lalu.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline