Lihat ke Halaman Asli

HMJ Gizi UIN Walisongo

Himpunan Mahasiswa Jurusan Gizi UIN Walisongo

Wujud Nyata Kontribusi Prodi Gizi UIN Walisongo dalam Menurunkan Angka Stunting di Indonesia

Diperbarui: 13 Juli 2022   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

HMJ Gizi UIN Walisongo bersama dengan AIPGI melakukan serangkaian kegiatan INI MASA PENTING  (Inisiasi Pemetaan Sosial dan Pendampingan Pencegahan Stunting) di Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal. 

Pada kegiatan ini HMJ Gizi UIN Walisongo mengusung tema "Implementasi Kebijakan Program Desa Sehat dan Pendampingan Ibu Hamil serta Calon Pengantin dalam Percepatan Penurunan Stunting". 

Kegiatan ini merupakan wujud nyata implementasi Tridharma Perguruan Tinggi oleh mahasiswa Gizi UIN Walisongo berupa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait dengan intervensi penurunan stunting. HMJ Gizi UIN Walisongo menurunkan Tim Intervensi Stunting yang di pimpin oleh Elviana Agustin dan didukung dari banyak pihak yang utama dari seluruh Civitas akademika dan dukungan dari Yayasan Handarbeni dalam rangka menyukseskan misi penurunan angka stunting di desa getas. Kegiatan ini juga disambut baik oleh Pemerintah Desa dan elemen masyarakat Desa Getas 

Rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu Pemetaan Sosial yang terdiri dari Pemetaan potensi desa, Evaluasi Kinerja Posyandu, Penggalian Data Ibu Hamil dan Calon Pengantin. Kegiatan sudah berlangsung dari bulan Juni. Beberapa rangkaian kegiatan selanjutnya yaitu: Pendampingan Bumil  dan Catin melalui  Program Kelas EZIPRO (Edukasi Gizi dan Kesehatan  Reproduksi), Demo Masak PMBA  (Pemberian Makanan Bayi dan Anak)  dengan inovasi pangan Lokal dan Gerakan Tanam Katuk Percepatan Penurunan Stunting (Getuk Penting).

Dokpri

Berdasarkan data screening posyandu bulan Agustus 2021 terdapat 75 balita di Desa Getas Kecamatan Singorojo Kendal mengalami stunting, permasalahan stunting dipengaruhi  oleh banyak faktor seperti pola asuh, ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan. 

Masalah stunting ini berawal dari masalah yang timbul selama proses tumbuh  kembang dimulai dari janin dalam kandungan hingga usia 2 tahun, dimana masa ini dikenal  dengan 1000 hari pertama kehidupan (Bela, Fazar and Misnaniarti, 2020). 

Status gizi pada 1000 HPK akan mempengaruhi kualitas kesehatan, intelektual, dan produktivitas balita pada masa yang akan datang. Ibu dan bayi memerlukan gizi yang cukup dan berkualitas untuk  menjamin status gizi dan status kesehatan (kemampuan motorik, sosial, dan kognitif), kemampuan belajar dan produktivitas balita.

Penurunan prevalensi stunting menjadi sebuah prioritas Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia hingga tahun 2030 (Kemenkes RI, 2018). 

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Hal tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Bupati Kendal Nomor 42 Tahun 2021 tentang Percepatan Pencegahan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Kendal dengan tujuan untuk mempercepat pencegahan stunting pada anak usia dibawah dua tahun (baduta) dan menangani stunting pada anak usia bawah lima tahun (balita) di daerah di bawah 20% pada tahun 2024 melalui aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting (PERBUP, 2021).

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline