Pembahasan terkait dengan dunia hiburan tanah air tidak pernah lepas dari persoalan etika yang menerpa dari segala sisi, termasuk ketika membicarakan berita dan isu selebriti yang berkembang di masyarakat. Hal ini didukung dengan munculnya dualisme yang terjadi, di mana terdapat obsesi masyarakat akan gosip selebriti dan benturan terhadap privasi.
Lebih lanjut, berbicara informasi dan berita selebriti dalam perspektif etika dapat dilihat melalui tiga sudut pandang yang berbeda. Pertama, berkaitan dengan media yang memproduksi berita infotainment itu sendiri.
Kedua, terkait berita selebriti yang mengangkat isu dan skandal tertentu sengaja dibesarkan dan sebarluaskan sebagai bentuk strategi meningkatkan ketenaran.
Terakhir berkaitan dengan budaya masyarakat yang selalu ingin tahu lebih detail terkait dengan informasi pribadi sosok yang diidolakannya, seolah lupa bahwa seorang selebriti pun sejatinya manusia yang juga butuh ruang untuk diri sendiri.
Gejolak kontradiksi ini berkembang sangat lama dan mengakar dalam permasalahan etis yang menjerat infotaiment dan berita selebriti yang ada di Indonesia.
Berbicara tentang proses produksi yang dilakukan media, berita selebriti kini dapat dinikmati dimana-mana. Bukan hanya sebatas tayangan infotaiment pada televisi, namun kini berita terkait dengan kehidupan selebriti berkembang pesat di berbagai portal berita online dan media sosial.
Berbagai kritik hadir untuk menganggapi pertumbuhan berita selebriti yang ada. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa berita dan isu selebriti yang disajikan dalam infotainment sejatinya tidak dapat disebut sebagai produk jurnalistik. Hal ini didasarkan atas esensi dari berita sebagai produk jurnalistik yang seharusnya menekankan pada pengungkapan fakta dan terkait dengan kebutuhan publik justru cenderung diabaikan.
Pada berita selebriti, seringkali ditemui berbagai sensasi yang sengaja dimunculkan melalui "gosip" yang belum jelas kebenarannya dan mengekploitasi kehidupan personal selebriti yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan masyarakat.
Kecenderungan pelanggaran terhadap kaidah jurnalistik ini yang menimbulkan pertanyaan besar pantas atau tidaknya media yang seharusnya mengedukasi publik, justru memberikan berbagai informasi bermodal sensasi demi eksistensi dan kepentingan industri media itu sendiri.