Lihat ke Halaman Asli

Merdeka dari Segala Aspek

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, pekerjaan kita belum selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950).

Artinya kita belum merdeka dari semua aspek kehidupan didalam sebuah negara. Kita masih terjajah oleh orang-orang munafik yang berada diatas sanah ! .
Merdeka dari penjajah belum tentu merdeka dari segala hal.
Dulu kita melawan para penjajah dengan semangat mental tempe sambil menggenggam bambu runcing ditangan, tapi dengan itulah kita merdeka.
Tetapi sekarang kita melawan penjajah dari luar dan dari dalam negri sendiri dengan mental Mie Instan dan PS (playstation).
Kita dibodoh-bodohi.

Kita masih terjajah dibidang ekonomi, banyak tangisan anak-anak yang kelaparan, masih banyak orang-orang yang mengelus-ngelus perutnya karena beberapa hari belum makan. Bukannya mereka tidak mau berusaha, tapi kerasnya hidup jujur membuat mereka terkatung-katung. Lihatlah di ujung timur, mereka minum lumpur akibat sulitnya air bersih. Demokrasi belum sempurna, demokrasi belum merata.

Kita masih terjajah dari segi Pendidikan.
Entah berapa puluh juta anak yang putus sekolah hanya karena kemampuan pinansial ekonomi. Dimana anda DPR/MPR? Seharusnya anda mewakili aspirasi kami untuk mencapai dan mewujudkan cita-cita kami.

Terjajahnya Ideolagi bangsa kita.
Bobroknya negara kita, Tawuran, konplik kekerasan antara pelajar dengan pelajar, pelajar dengan masyarakat, ormas dengan ormas, suku dengan suku. Dan yang paling menggelikan konplik saling berebut kursi presiden, dimana kejujuran sang penyelenggara dimakan panatik dengan salah satu calon. Benar kata Gie, politik itu seperti tai kucing, mereka yang membuat pelaturan, mereka pula yang melanggarnya.

Kita masih terjajah oleh orang-orang munafik yang berada diatas sanah..

Dan kita masih terjajah oleh asing, dengan pemahaman dan ideologi yang mereka tanamkan dihati-hati dan di benak-benak pemuda, pemudi dan anak-anak bangsa melalui tayangan-tayangan televisi maupun internet yang tidak mendidik, bahkan menghancurkan masa depan anak-anak bangsa. Sinetron menjadi panutan, iklan menjadi makanan. Kartun anak menjadi hiburan sekaligus menjadi racun. Ini negri Bebek

Hari ini, tanggal 17 agustus tahun 2014, hari jadinya Republik Indonesia yang ke-69..
Mari kita rayakan bukan hanya dengan lomba balap karung, lomba makan kerupuk atau lomba yang lainnya, mari kita apresiasikan kemerdekaan ini dengan menatap kehidupan yang realistis, optimis dan menanamkan benih-benih ke-citaan, ke-disiplinan dan ke-Bhineka tunggal ika-an. Persatuan bangsa!!.

Doa kami untuk negri, semoga menjadi Indonesia yang lebih baik lagi, semoga bisa mengatasi masalah kemiskinan, ketidak adilan dan semoga menjadi Indonesia yang menjungjung tinggi martabat bangsa, bisa mengatasi korupsi. Dan masih banyak lagi harapan-harapan yang kesemuanya bahan perbaikan untuk bangsa ini..

Satu hal untuk membuat negri ini menjadi negri yang seutuhnya merdeka, yaitu bertakwa kepada Tuhan dan seperti kata Bung Hatta "membentuk ribuan Soekarno, dan bukan menepuk-tangani ia seorang." Agar merdeka didegala aspek dan Mendidik anak, cucu kita dengan pendidikan moral dan tanamkan kecintaan akan tanah air. Merdeka !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline