Salah satu kegiatan yang cukup dikenal oleh masyarakat umum adalah perdagangan internasional. Kegiatan komersial ekspor dan impor, pertukaran, perdagangan lintas batas, perdagangan parsel, dan pengiriman yang terjadi antara dua negara berbeda sesuai dengan perjanjian yang dinegosiasikan oleh negara-negara tersebut dikenal sebagai perdagangan internasional (Efi Fitriani, 2019) . Hal ini didorong oleh kemajuan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Sumber daya alam masing-masing negara, kebebasan untuk berdagang dengan bagian dunia lainnya, persyaratan, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri semuanya unik untuk negara tersebut. Sejak tahun 1994, Indonesia resmi menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomi, memperluas perekonomian, dan meningkatkan kesejahteraan. Nilai tukar Indonesia di seluruh dunia terus berubah.
Perdagangan global dengan China terhambat akibat pandemi, terutama untuk barang-barang yang diimpor dari China, seperti gula pasir dan bawang putih yang hampir seluruhnya diimpor langsung dari China. Akibat pembatasan impor, terjadi kelangkaan bawang putih dan gula pasir di Indonesia. Ini juga berkontribusi pada kenaikan harga mereka. Beberapa dampak pandemi covid-19 tersebut, sangat berpengaruh pada kinerja perdagangan internasional.
Walaupun volume perdagangan dunia cepat pulih, namun kasusnya berbeda pada tiap jenis perdagangan. Secara nyata, persebaran virus ini mampu melumpuhkan hampir seluruh bidang, salah satunya lintas perdagangan dunia.
Menurut Achmad Subchiandi (2020) kinerja Indonesia dalam perdagangan internasional dan ekonomi global sangat terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap pola perdagangan global, antara lain dengan diberlakukannya sistem lockdown oleh sejumlah negara.
Penerapan protokol kesehatan, kenaikan biaya logistik pengiriman, dan larangan ekspor. Gangguan dalam hubungan antara penawaran dan permintaan, pergeseran hubungan rantai pasokan global, dan impor barang dari sejumlah negara, seperti Jerman, China, dan Amerika Serikat, termasuk makanan dan perawatan kesehatan. China sendiri merupakan mitra dan rekan dagang terbesar Indonesia, dan telah menjalin hubungan perdagangan internasional. 16,7% dari total impor Indonesia berasal dari barang yang diekspor negara tersebut ke China.
Selanjutnya terkait dampak perdagangan internasional yaitu ekspor migas di Indonesia pada tahun 2022 mengacu pada kegiatan penjualan produk minyak dan gas alam dari Indonesia ke negara-negara lain. Beberapa negara sering menjadi tujuan ekspor migas Indonesia contohnya yaitu Jepang, Tiongkok, India, Korea selatan, Singapura ( dalam skala ekspor besar).
Selain itu, masih ada negara-negara lain seperti Taiwan, Australia, Malaysia, dan Filipins yang juga menjadi tujuan ekspor migas Indonesia dalam skala yang lebih kecil. Ekspor migas dapat mencakup berbagai jenis produk, seperti minyak mentah, gas alam cair (LNG), produk-produk turunan minyak, dan lain-lain.
Negara yang menjadi importir terbesar ke negara Indonesia merupakan negara Tiongkok. Namun, negara Jepang juga merupakan salah satu negara importir migas penting bagi Indonesia. Masih ada negara-negara lain seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, dan Australia yang juga mengimpor migas dari negara Indonesia. Tetapi Impor migas di Indonesia pada tahun 2022 mengacu pada kegiatan pembelian produk minyak dan gas alam dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik. Impor migas juga dapat mencakup berbagai jenis produk, seperti minyak mentah, bahan bakar minyak, minyak diesel, LPG (Liquified Petroleum Gas), dan sebagainya.
Pada tahun 2022, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekspor dan impor migas di Indonesia yaitu permintaan dan penawaran global yang memainkan peran penting dalam menentukan tingkat ekspor dan impor migas. Jika permintaan global meningkat, hal ini dapat mendorong ekspor migas. Sementara itu, jika penawaran global meningkat atau harga minyak dunia rendah, Indonesia mungkin perlu mengimpor lebih sedikit migas.
Selanjutnya Produksi dalam negeri, Produksi migas dalam negeri akan mempengaruhi tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor. Jika produksi migas domestik meningkat, negara tersebut mungkin lebih sedikit mengimpor migas. Selain itu, Kebijakan energi juga diterapkan oleh pemerintah Indonesia agar dapat mempengaruhi ekspor dan impor migas. Sehingga Kebijakan ini bisa mendukung produksi dalam negeri atau peningkatan ekspor migas dapat mengurangi impor.