Lihat ke Halaman Asli

Cinta Kain Mori

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

daun-daun luruh, ranting jatuh dan keyakinan rapuh. Amuk angin reda, lambat menyengat ketabahan di sejengkal malam yang sekarang rindu disulam

Senja telah hilang, malam ini pertengahan September seharusnya bulan purnama, bintang-bintang dan selaput putih susu bimasakti tertutup selimut kabut hitam, langit menumpahkan berhingga ton kubik air dari siang tadi. sesekali kilat dan halilintar di seantero penjuru menampakkan keangkerannya. keperkasaan alam yang tak dapat cerna oleh kekuatan ambisi anak adam.

terimakasih kekasih, aku menutup lembar-lembar kegamangan, ragaku rebah di pekuburan yang kau gali sesingkat ini. aku mengaku bisu pada janji yang pernah Tuhan tanya, mengapa ada luka?

Suara gemulai dedaunan basah dan gemerisik ranting-ranting di luar kamar kosnya seolah kidung perpisahan abadi antara ia dan segala yang dicintai di kota ini. kampusnya, ibu kos yang baik hati dan teman-teman terbaiknya, termasuk Tio kekasihnya. Zu merenung,  Dalam hitungan jam, ia akan meninggalkan semuanya. Ia melirik alroji gelangnya, "masih 5 jam lagi", batinnya bergolak,

aku melewati masa dimana jarum kompas menyucikan senyum pagi, membilasnya tanpa imbalan, untuk kita jadikan kudapan yang mengenyangkan sejuta harapan

Dua minggu yang lalu Ia masih sanggup menatap dua biji bola mata Tio tanpa bulir airmata meleleh dipipi, masih bisa menggenggam tangan kekarnya tanpa gemetar. Kini ia memulai harinya dengan berbeda, fokus dengan ikrar pada kenyataan diri bahwa cinta hanya angan-angan. Ada wanita lain yang lebih tepat mendampingi Tio, bukan dirinya.

kepedihan hanya sisik ikan yang lincah berenang di palung jantung. aku sampai pada puncak lereng dimana bedera putih terkibarkan, dua dunia yang ada mungkin hilang ditelan kura-kura

''Tio Sadewa namaku'', kalimat pertama yang terucap dibus kota siang itu. Tio datang dari dunia antah berantah. seolah malaikat, meninju beberapa anak berandalan yang menggangguku dengan karatenya. mulai detik itu imaginasiku meluruk kepeluknya. Tio seorang pemuda biasa penjual bunga disebuah gang sempit. Ia sempat mengecap bangku kuliah, sebelum orangtuanya bercerai, yang memaksanya berdikari.

dari arah mana kau datang, mata angin yang asing. di tepi heningku, kau menunjuk jalan pulang agar aku tak kuyup akan hujan.

Susah dikatakan bahwa hubungan kami baik-baik saja. Seiring waktu, Aku baru mengetahui, Tio mengalami trauma sosial yang susah disembuhkan. Masa lalu yang kelam membuatnya menjadi pribadi yang apatis dan ugal-ugalan, pemabuk, ngedrug dan berkelahi dengan kelompok lain adalah kesehariannya. Tio memiliki dua sisi yang membuat cintaku ingin merubah karakter semunya, agar kembali sebelum Ia mengalami krisis disorientasi jiwa. Tio yang bersahaja dan berbakti pada orang tuanya yang sakit-sakitan. Dan rasa tulusku menuai imbalan, cinta menemukan jalannnya, perlahan Tio berubah menjadi sosok sempurna di tiap mimpiku.

Dua minggu lalu dengan terbata Tio menceritakan aib yang membuat jiwaku goncang. Menghamili seorang gadis !!!. Untuk mempertanggungjawabkannya, Ia harus menikahi gadis itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline