Lihat ke Halaman Asli

Luka

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13300775301919928368

Luka menganga, merancap untuk kemudian tiarap, barangkali luka serupa katup pada tiup sangkakala. mampu membahasakan kesedihan yang terbaca tanpa terkata. Rindu hanyalah embun di sekuntum kamboja di atas pusaramu, tanpa itu, sungguh tiada gelora yang mampu menamatkan mata-mata. Luka yang setiap pagi selalu kau sentuh, tanpa ujung-pangkal episode wicara. bahwa kesunyianku bukan sendiri, yang enggan mengajak pagi menyiasati. Engkau laron dan kunang-kunang, mampu terbang sementara untuk terus ke balai-balai, tak pernah kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline