Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat menentukan kualitas bangsa, ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian individu. Kalau di ibaratkan keluarga merupakan sebuah pondasi untuk tumbuh dan berkembanganya sebuah bangsa. Jika pondasinya kuat dan kokoh, maka bangunan diatasnya dapat berdiri tegak, awet dan tahan terhadap guncangan. Pondasi yang kuat haruslah berawal dari keluarga-keluarga yang berkualitas dan tangguh, sehingga tercipta ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Namun, saat ini masih banyak 'pekerjaan rumah' bagi bangsa Indonesia dalam membangun ketahanan keluarga. Diantaranya tingkat perceraian yang tinggi, masih banyaknya kekerasan, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, radikalisme dan pudarnya semangat nasionalisme. Itu semua merupakan wajah buruk tentang rapuhnya kondisi keluarga indonesia. Selain itu, baru-baru ini terjadi kasus kematian Angeline di Bali dan ibu yang menggergaji anaknya, juga menambah daftar permasalahan keluarga Indonesia.
Jika kita lihat kemajuan yang dicapai bangsa-bangsa di Eropa serta sebagian negara Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, tak lepas dari tradisi yang ditanamkan dalam keluarga. Etos kerja, kemauan untuk terus belajar, rasa hormat kepada orangtua dan senior, serta pelestarian budaya bangsa, menjadi kunci sukses negara-negara tersebut.
Dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang ke 22 tahun ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjuk Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten sebagai tuan rumah harganas tahun ini yang akan diadakan pada hari Sabtu tanggal 1 Agustus 2015 di Lapangan Sunbursh - BSD CITY. Dalam momentum ini diharapkan mampu membangun keluarga kecil yang berkarakter dan berketahanan guna mewujudkan Indonesia Sejahtera. Serta mengajak seluruh keluarga Indonesia agar melakukan introspeksi dan berbenah diri guna berbuat yang terbaik bagi keluarganya.
Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum benar-benar memahami hakikat sebuah keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Lalu bagaimana dengan kakek dan nenek serta anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama sebagai satu keluarga? Ya tetap keluarga juga namanya, dari situlah kemudian muncul istilah keluarga inti dan anggota keluarga tambahan.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian. Tempat belajar bagi anak dalam mengenali dirinya sebagai makhluk sosial. Hanya keluarga ber-Ketahanan yang akan mampu menepis pengaruh negatif yang datang dari luar. Keluarga yang berketahanan dan mampu melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dapat menjadi landasan dalam mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.
Fungsi keluarga ada 8 yaitu:
1. Fungsi Agama, salah satu contohnya adalah memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama.
2. Fungsi Budaya, salah satu contohnya adalah membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan sekaligus untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
3. Fungsi Cinta Kasih, salah satu contohnya adalah membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga kecil Bahagia Sejahtera.
4. Fungsi Perlindungan, salah satu contohnya adalah membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.