Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Yusuf Aidid

Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ

Haul Ketiga Sang Imam Subuh Indonesia

Diperbarui: 14 Desember 2023   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi 

Ada apa sih di bulan Jumadil akhir?  Warga JABODETABEK tidak sabar untuk menunggu bulan tersebut. Tentu, di tanggal 2 Jumadil Akhir bertepatan dengan 15 Desember 2023, ada haul Sang Imam Subuh Indonesia yang ke-tiga, yaitu Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf. Beliau adalah sosok yang luhur dan agung di mata pecintanya dan orang-orang yang pernah bertemu dengannya. Bahkan, di masa hidupnya semua kalangan mau  bertemu dengannya, baik orang-orang menengah ke atas maupun orang-orang menengah ke bawah. Oleh karena itu beliau dijuluki Sayyidil Walid, seorang yang mengayomi, menasehati, dan memberikan solusi atas  setiap masalah. 

Kekharismatikannya pada diri Sayyidil Walid sangat terlihat dari tutur katanya, gaya bahasanya, dan pendekatan yang humanis. Sehingga orang-orang yang dekat kepadanya, ingin mencium tangannya; tangan yang lembut, tangan yang dermawan, tangan yang pernah menyentuh tangan wali-wali Allah. Banyak orang yang mempunyai masalah dan problematika baik itu di rumahnya, di tempat kerjanya, atau di manapun ketika menatap wajah dan mencium tangannya pasti permasalahan tersebut akan hilang.

Kata-kata di akhir hayatnya yang membuat terkenang  yaitu “tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan”. Tentu makna dari kata-kata tersebut, sudah beliau jalankan terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada khalayak umum. Perjuangan yang beliau lakukan sangat banyak, di antaranya perjuangan dalam menuntut ilmu, perjuangan mengajar, dan perjuangan dalam memberikan pencerahan kepada umat. Melalui perjuangan-perjuangan tersebut Sayyidil Walid mendapatkan tempat di hati para pecintanya.

Guru-guru Sayyidil Walid di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (sohibul Kwitang), Habib Ali bin Husein Alatas (sohibul Bungur), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Singa Podium), Habib Soleh bin Muksin Al-Hamid (sohibul Tanggul), Habib Abdullah Syami Alatas, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Haddad (Condet), Prof. Dr. KH Raden Abdullah bin Nuh (Bogor), dan Mualim Ahmad Junaidi (Menteng Atas). Selain itu ia pernah mukim selama empat puluh hari di Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (Mekkah). Namun tidak hanya berhenti pada pendidikan non-formal saja, beliau pernah kuliah di dua perguruan tinggi, yaitu IAIN (Institut Agama Islam Negeri) dan Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.

Ilmu yang Habib Ali miliki sangat banyak antara lain ilmu nahwu, sharaf, balagah, tafsir al-Quran, hadis, ilmu kalam, fiqih, dan tasawuf. Melalui ilmu-ilmu tersebut, Habib Ali bin Husein Alatas menjulukinya dengan Al-Allamah (orang yang memiliki banyak ilmu). Bahkan, beliau mendapatkan gelar Bahr al-Fahamah dari Prof. Dr. KH. Raden Abdullah bin Nuh pada tahun 1978.

Keberkahan ilmu Habib Ali sangat dirasakan oleh warga JABODETABEK. Beliau mengajar pertama kali di Madrasah Atsaqafah al-Islamiyah Bukit Duri, madrasah milik ayahandanya Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf. Aktivitas mengajarnya ditempuh sejak umur 12 tahun, ketika ia diminta oleh ayahandanya untuk mengajar. Di samping itu, beliau diminta oleh Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi untuk mengajar di Islamic Center, Kwitang di tahun 1971. Bahkan Habib Muhammad meminta kepadanya untuk menjadi kepala sekolah di tempat tersebut di tahun 1972. (Sumber: Ust Anto Jibril)

Kiprah Habib Ali bukan hanya sebagai pengajar saja akan tetapi beliau juga sebagai da’i dan penerjemah ulama-ulama Timur Tengah. Perjalanannya sebagai da’i sudah beliau tempuh pada tahun 1971, itupun beliau sudah berceramah di Majelis Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang atas perintah Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Sedangkan ulama yang pertama kali diterjemahkankannya ke dalam bahasa Indonesia yaitu Prof. Sayyid Muhammad bin Abbas bin Alwi al-Maliki di tahun 1975. Setelah itu beliau ditetapkan sebagai penerjemah tetap di Majelis Habib Ali Kwitang.

Kekhasan Sayyidil Walid dalam berdakwah, selalu berbeda tema dari satu acara ke acara lain. Hal itu disebabkan, beliau mempersiapkan materi dakwahnya sebelum menyampaikan ke para pendengar dan pecintanya. Satu buku notes dan pulpen ditangannya, di sampingnya ada berbagai buku-buku yang sudah ditandai untuk dicatatkan kembali ke buku notes tersebut. Aktivitas catat mencatat tersebut biasa dilakukannya ketika ba’da ashar dan malam hari. Akan tetapi , beliau juga membawa dan membaca beberapa buku di mobil dalam menikmati perjalanan ke tempat tujuan.

Banyak kenangan, kesan, dan nostalgia bagi anak-anaknya, murid-muridnya, dan para pecintanya dengan sosok Sayyidil Walid. Kenangan yang paling berharga itu yaitu sikap Jabar Khatir, sikap yang menyenangkan dan membahagiakan orang lain. Sikap tersebut adalah sikap yang paling tinggi yang ada pada para diri orang-orang shalih. Tentu perangai tersebut hanya dimiliki orang-orang yang sudah memiliki pandangan dari Allah Swt. Orang-orang tersebut diyakini  bisa memberikan pertolongan baik di masa hidupnya atau sesudah wafatnya. Semoga Allah memberikan rahmat yang tinggi kepada Sayyidil Walid di alam kuburnya.

Melalui tulisan ini pula, ayo kita ramaikan Haul Sayyidil Walid Habib Ali bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf pada Jumat 15 Desember 2023, waktunya shalat Ashar berjamah di komplek pemakaman Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad akan dilangsungkan ziarah kubro ke maqbarah beliau. Pada Sabtu 16 Desember 2023, waktunya pukul 14:00-selesai acara haul di kediamannya Jalan Tebet Utara II B No. 10-12.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline