Lihat ke Halaman Asli

Meningkatnya Minat Gen Z untuk Berkarir di Perusahaan Multinasional

Diperbarui: 21 Mei 2023   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini gen Z di Indonesia mencapai 29,23% yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang karena gen Z dapat menguasai demografi. Gen Z diklaim dapat menjadi penentu masa depan Indonesia, maka perlu penanganan dari semua yang berkepentingan, baik para pemimpin bisnis maupun pemerintah. Mereka perlu membentuk strategi dalam menghadapi kalangan milenial sebagai tenaga kerja mereka. 

Seperti PT. Astra Internasional, Tbk yang merupakan sebuah perusahaan multinasional yang banyak bergerak di bidang otomotif. Sebagaimana pengungkapan dalam Indonesian Millenial Report 2019 yang mengungkapkan bahwa saat ini pegawai Milenial yang mereka miliki sebanyak 70% dari 250.000 karyawannya, menyebabkan perubahan cara berbisnis dengan menyesuaikan kaum milenial. Umumnya generasi Z di Indonesia bersikap realistis serta membutuhkan keamanan dan stabilitas, sehingga insentif seperti berupa kompensasi dapat menjadi daya tarik dapat meningkatnya minat kerja Gen Z.  

Salah satu kompensasi yang diberikan perusahaan multinasional adalah kompensasi finansial langsung. Dimana, secara umum terdiri dari gaji yang dapat diterima oleh seseorang dalam bentuk upah, gaji, komisi, dan bonus. Imbalan kerja kompensasi finansial tidak langsung terdiri dari berbagai macam penghargaan yang biasanya diterima secara tidak langsung oleh karyawan. Seperti liburan yang berbayar dan biaya perawatan medis. 

Adapun kompensasi non finansial yang terdiri dari kepuasan dapat diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau lingkungan fisik tempat bekerja. Ketidakpuasan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan dan masih mengharapkan kompensasi lain yang kompetitif dapat membuatnya ketertarikan dalam tempat kerja. 

Kenyamanan kerja yang dibentuk dari kompensasi kompetitif ini bagi mereka sangat menyenangkan. Namun, apabila kenyamanan di dunia kerja tidak didapatkannya maka mereka akan mencari pekerjaan yang lain dengan mudah.

Mengingat setiap generasi memiliki preferensi bekerja yang bervariasi, penting untuk membangun komunikasi dan lingkungan kerja yang mendukung sebagai bentuk pemahaman preferensi dari generasi Z dalam mencari kerja. Sebagai Igeneration, komunikasi Gen Z tidak terlepas dari penggunaan teknologi digital, sehingga Gen Z memiliki preferensi lingkungan kerja yang dapat menyediakan dan mendukung penggunaan tekonologi digital. 

Generasi milenial memiliki keunikan yang memiliki ketertarikan dengan pemasaran digital termasuk dalam penanyangan iklan yang internet atau berbasis video. Dicky Kartikoyono, sebagai Direktur Sumber Daya Manusia Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pandangannya yang menyaatakan bahwa pada generasi Milenial umumnya tech savvy. 

Terpaparnya teknologi pada generasi milenial, dalam berbagai revolusi teknologi, mulai dengan adanya komputer, informasi, dan kemudian internet sangat memprihatinkan. 

Menurut Dicky untuk memahami kondisi ini, perlu adanya mindset yang membentuk pemikiran mereka bahwa mereka terbentuk dalam kondisi dimana mereka tidak pernah terlalu berpikir panjang, cara mereka menghadapi masalah berbeda dengan tuntutan orangtua, proses pendidikannya juga berbeda.

Para milenial memiliki attention span yang lebih cepat daripada generasi sebelumnya berdasarkan pengungkapan Pambudi Sunarsihanto. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika mereka juga berharap perkembangan diri yang lebih cepat, mereka ingin berganti posisi dan karir yang lebih cepat dibandingkan generasi terdahulu. Sehingga membuat gaya komunikasi dan cara hidup mereka berbeda,. 

Hal ini juga dikemukakan dalam laporan yang dirilis Gallup di tahun 2016 yang berjudul "How Millenials Want to Work and Live". Laporan ini menjelaskan bahwa terdapat empat karakteristik yang utama bagi para milenial, yaitu pertama, tidak punya keterikatan baik dalam pekerjaan maupun pada merek barang yang mereka beli. Kedua, para milenial saling terhubung berkat koneksi internet sehingga mereka memiliki perspektif global yang tergambar dalam interaksi mereka sehari-hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline