Pernahkah ikut seleksi tertentu? Pernah dong, seleksi masuk SMA, seleksi masuk kerja, seleksi beasiswa, seleksi guru teladan, seleksi masuk rumah mertua. Eaaah...Hihihi. Intinya, seleksi apapun yang pernah diikuti, selalu ada syarat tertentu yang menjadi tolok ukur lolos dan tidaknya seseorang untuk bergabung dengan instansi-instansi tertentu.
Selain soal dan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang bikin deg-degan, ada juga nih hal yang bikin secerdas apapun otakmu dan sebaik apapun kepribadianmu jadi mengarus ke laut. Apa lagi kalau bukan ''Orang Dalam". Istilah orang dalam sudah seperti nasi dalam piring ya, jadi makanan sehari-hari.
Kekuatan besar orang dalam adalah dapat mengubah lulus jadi tidak lulus dan sebaliknya. Apalagi bila ada anak, ponakan, sepupu, cucu, atau ponakannya istri, sepupu suami, adik mantan, pacarnya adik yang ikut tes dan sebelumnya sudah dua kilo bawang dibawa saat silaturahim ke rumah. Sambil tutup mata, semua jadi berubah. Ajaibnya mirip sulap-sulap di televisi, simsalbim, berubah.
Mengenal Istilah "Orang Dalam"
Istilah "orang dalam" atau OD akrab di telinga masyarakat Indonesia. Meski demikian, tidak banyak literatur yang membahas istilah OD secara mendalam. Meski demikian, OD sebenarnya masih berkerabat dekat dengan KKN. Istilah ini terdiri dari dua kata, yakni orang dan dalam. Pengertian utama kata "orang" dalam KBBI adalah manusia.
Sedangkan kata "dalam" berarti jauh ke bawah (dari permukaan); jauh masuk ke tengah (dari tepi); bagian yang di dalam, bukan bagian luar. Tentu dalam mencari makna OD dapat diinterpretasikan lebih dekat dengan fungsinya dalam percakapan masyarakat. Orang tetap diartikan manusia/orang dan dalam dapat diartikan orang yang berada di di dalam suatu instansi. Orang dalam dapat diartikan seseorang yang memiliki pengaruh baik berupa jabatan atau kekerabatan sehingga dapat mempengaruhi keputusan-keputusan akhir di lembaga-lembaga tersebut.
OD berkerabat rapat dengan nepotisme. Manurut Kamaruddin Hidayat, nepotisme adalah managemen kepegawaian yang menggambarkan sistem pengangkatan, penempatan, penunjukan, dan kenaikan pangkat atas dasar pertalian darah, keluarga atau kawan.
Kata 'nepotisme' berasal dari sebuah kata Latin 'nepos' yang mempunyai arti 'keponakan' atau 'cucu'. Sejarah nepotisme menunjukan pada abad Pertengahan beberapa paus katolik serta uskup yang sudah mengambil janji 'chastity', biasanya tidak memiliki anak kandung--memberikan suatu kedudukan yang khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri.
Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan serta saudaranya menjadi kardikal. Sering penunjukan itu dipakai untuk menlanjutkan "dinasti" kepausan (gurupendidikan.co.id/pengertian-nepotisme). Praktik nepotisme pun mewabah ke seluruh dunia. Seperti yang dilakukan Napoleon Banoparte ketika berhasil menguasai Eropa. Adiknya Louis Napoleon ditunjuknya sebagai peimpin di Belanda, semetara Champoleon ditunjuk sebagai pemimpin di Mesir. Indonesia pun tak luput dari praktik nepotisme. Soeharto pada masa Orde Lama menunjukan betapa kekuasaan dibagi-bagi dalam satu lingkaran keluarga dan kerabat presiden.
Meski beda istilah, OD tetap saja bentuk dari nepotisme. Misalnya, si Z memiliki paman yang bekerja di instansi A. Pada suatu ketika instansi A akan melakukan rekrutmen pegawai. Si R, si T, dan si Z mengikuti seleksi dengan mematuhi syarat yang telah ditetapkan. Meski tak memiliki hasil yang baik dalam seleksi, si Z tetap diterima karena pamannya mengedipkan mata pada pimpinan. Maka si R dan si T dengan kualifikasi yang mumpuni itu kembali ke rumah dengan perasaan dongkol karena merasa didiskriminasi. Nah, dalam contoh ini, paman si Z merupakan OD yang berkerjadi instansi A. Praktik ini termasuk nepotisme.
Suatu hari seorang kerabat menelpon, mengabarkan isu-isu yang berkembang terkait dengan seleksi yang diikutinya di suatu lembaga. Ia pasrah dan mengikhlaskan pekerjaan itu sebelum pengumuman. Kenapa? Karena sudah beredar nama-nama yang akan lulus sebelum pengumuman itu keluar, juga termasuk pertimbangan-pertimbangannya. Katanya dia hampir tergoda meminta orang tuanya menjalin komunikasi dengan orang dalam. Namun niatnya urung, dia tidak tega di usia yang sepuh, orang tuanya harus melakukan cara kotor untuk meloloskannya bekerja. Keluarga besarnya pun mendukung keputusan itu.
Tentu kerabat saya bukan satu-satunya orang yang medapat diskriminasi dalam mencari pekerjaan karena nekat tak mau menggunakan OD. Berjuta-juta orang merasakan hal yang sama. Apa sesulit itu mencari orang-orang jujur di tengah peredaban manusia yang beragama ini? Kebijaksanaan hidup dapat dicapai apabila setiap orang bertindak sesuai asas right principle in the right place atau asas yang benar harus diterapkan di tempat yang benar. Bila asas ini dianggap remuleh, nepotisme dapat memperburuk citra lembaga. Lembaga-lembaga negara mengalami degradasi karena perilaku anggota-anggota kelompoknya.