Chapter 11 : Kisah Rai Mahdi dalam episode Histeria Nikita
Sekira lima langkah dari pagar depan, Nikita menoleh kembali untuk memastikan kondisi terakhir di rumahnya. Tergambar situasi semakin kritis karena Bunda Niki pingsan di tempat disertai tangisan Cidut yang semakin kuat, tiba-tiba ICPnya berbunyi memanggil, terpampang video call dari teman dekatnya, Siska.
"Hei! Jadi pergi ke sekret, gak?" tanya Siska melalui video callnya. "Hiya, jadi, jadi..." sahut Nikita. Antusiasme Nikita jelas terpancar karena ia ingin segera keluar dari siksa nestapa dan melupakan kenakalan si raja tengil Cidut kecil. Tentu hal Ini bisa dianggap kesempatan emas bagi Nikita.
"Tapi..."sambung Nikita. "antar aku ke rumah Pak Baqir dulu, ya? Program kegiatan tahun ini masih di Pak Baqir, kemarin belum ditandatangani. Rencananya di sekret sekalian sosialisasi dengan teman yang lain." lanjutnya.
"Boleh deh, nanti aku jemput." Jawab Siska sambil memberi jempol di layar ICP Nikita. "Gak pake lama, nih. Aku udah gak sabar ingin keluar dari neraka ini!" pinta Nikita.
"Apa? Neraka?" tanya Siska keheranan. Tapi Nikita langsung menutup layar ICPnya dan putar-balik menuju kembali ke rumahnya. Dia yang merasa tersiksa selama ada adik sepupunya, langsung masuk ke kamar dan berkemas-kemas dengan tas yang cukup besar. Terbersit niat untuk tinggal sementara di sekretariat hiden asalist dan mencoba menginap beberapa hari sampai Cidut pulang ke Kota Betavia.
Sementara Bunda Niki yang tadi pingsan, perlahan bangun dengan sendirinya karena telinganya terus berdenging mendengar tangisan Cidut yang begitu tinggi dan nyaring melebihi kekuatan vokal tujuh oktaf. Bunda Niki akhirnya menghampiri Cidut dan membawanya ke dalam rumah. Sedangkan Nikita langsung mengunci kamarnya rapat-rapat, ia memutar anak kuncinya sampai enam kali putar-balik, padahal dua-kali juga cukup. Ini tidak lain sebagai bentuk protes pada Bundanya yang menggendong Cidut.
Bunda Niki sempat melihat Nikita membawa carrier yang cukup besar dan bergegas mengikat kuat tali sepatunya di atas meja makan. "Mau kabur kemana kamu, Niki?" tanya Bunda tetap penuh perhatian. Nikita bukan menjawab, malah mendendangkan lagu yang bagi Bunda Niki tidak asing lagi. "Eta, free... like a bird ." Maksudnya nada dan lirik lagu lawas dari The Beatles, tapi dia lagukan seenaknya dengan gaya daerah setempat.
Bunda Niki tentu saja dibuat kesal. Namun ia tak berdaya melarang anaknya yang berkepala batu tanpa bentuk. Beruntungnya Nikita sudah punya sedikit penghasilan sendiri dari beberapa kegiatan wirausaha online shop dan reseller kripik-"kiran". Sehingga ia tidak perlu menjatuhkan harga diri hanya untuk meminta uang saku di kala ngambek seperti itu. "Easy going, Mom!" gumam Nikita dalam hati.
"Tin-Tin-Tin!, Tin-Tin!" Nikita terlihat senyum bahagia mendengar klakson mobil yang sudah tidak asing baginya. Siska tiba menjemput. Nikita langsung berbagi senyum dengan Bundanya yang terlihat memendam kesal.
"Ok, bunda sayang. Niki kabur dulu ya! Ini semua demi kebaikan Bunda dan Cidut." ungkap Nikita meski belum tentu dari hati yang paling dalam. Dia tetap ucap salam dan pamit pada Bundanya. Sambil menggendong carrier besarnya.Tak lupa dia membawa koleksi boneka 'Minion' kesayangannya.