Lihat ke Halaman Asli

Sayyidal Jamat

Guru Sakola Desa

Histeria Nikita

Diperbarui: 3 April 2023   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chapter 10 : Kisah Improvisasi Rai Mahdi

Saivany Dzulqornine namanya, usia tujuh tahun menurut hitungan Abi (bapak)-nya yang sering lupa usia anaknya, apalagi tanggal lahir ulang tahunnya. Saivany memiliki akar kata dari saif, dan aeni (bahasa arabia), si empunya anak memberi arti dua mata pedang, sedangkan nama Dzulqornine atau dibaca, julqornain saja tidak apa-apa, terdiri dari dua kata yaitu, Dzul, yang artinya memiliki, sedangkan Qornain berarti mahkota atau tanduk kekuatan untuk menundukan. Mungkin orang tuanya berharap anak gendut ini di kemudian hari mampu menjadi kholifah di muka bumi dengan menundukan manusia lainnya di masa depan.

Saivany kini beranjak kelas satu, teman sebaya di sekolahnya memanggil singkat, Evan. Tapi ada juga panggilan gemes dan kesselnya orang rumah dan keluarga sepupunya, termasuk Nikita. Mereka memanggil Evan dengan sebutan Cidut.

Setiap kali Cidut sepupu Nikita yang cukup assoy geboy dan katanya masih berusia tujuh tahun menginap di rumahnya, suasana rumah Nikita serupa dengan wilayah Suriah atau kawasan tepi barat gaza di Palestina di masa infifadah, atau mungkin seramai pertikaian rusia dan ukraina di saat kisah ini kembali disajikan.

Setiap hari selalu saja ada kejadian yang membuat Bunda Nikita resah-gelisah, kesal dan sebal. Meskipun rentang usia Nikita dan sepupunya cukup jauh, tapi mereka selalu saja berkelahi dan bertengkar. Tentu saja ini membuat Bunda Nikita dirundung nestapa. Usia menjelang dewasa, tapi prilaku Nikita seperti balita. "Idealnya kan Nikita itu mengalah!" selalu begitu dipikir Bunda Nikita.

Suasana pagi ini pun demikian, "Bunda Niki!, Aku dikunci di kamar mandi!" jeritan Cidut dari kamar mandi karena dikunci Nikita dari luar. Bunda Nikita melompat dari sisi tempat tidur ketika sedang berusaha merapikannya. "Niki! Buka pintu kamar mandinya!" Teriak Bunda dari kamar tidur karena sudah bisa memastikan kejadiannya, bila Cidut teriak pagi-pagi, pastilah Nikita berulah kembali.

"Niki kan engga lagi di kamar mandi. Niki lagi di dapur." Niki menjawab sambil matanya tetap memainkan gadgetnya.

"Itu adenya bilang apa di kamar mandi? Katanya dia dikunci di kamar mandi. Udah bukain situ. Bunda madih repot beresin kamar tidur." Ujar bundany kembali.

"Engga ah, Nda! Kemarin Niki juga dikunciin 'ma Cidut. Gantian. Biar dia ngerasa betapa 'gak enaknya dikunci di dalam kamar mandi." Jawab Nikita masih dari dapur.

"Dia kan masih kecil Niki. Apalagi kemarin itu kan Cidut engga sengaja mengunci kamar mandi." Ujar Bunda membela Cidut. "Niki juga gak sengaja kok, Nda!" Ujar Nikita semi-apatis melenggang menuju sepedanya, ia hendak berangkat menuju sekolah BTS sambil membawa kunci kamar mandi.

Tentu saja akhirnya sang Ayah ikut bertindak. Dia yang semula tengah konsentrasi menggali informasi dari televisi dengan ditemani segelas kopi dan hangatnya sepiring gorengan, pisang dan ubi, harus beranjak untuk mendobrak kamar mandi.Kebetulan kisah ini bergerak pasca nisfu sya'ban, atau lima bela hari menjelang bulan ramadhan. Jadi Ayah Niki masih boleh menikmati kopi pagi. "Bunda ga adil juga sih, terlalu sayang sama Cidut. Ayah perhatikan belum pernah Bunda berpihak ke Nikita, anak kita sendiri!" Ayah Niki memberi statement singkat setengah berbisik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline