Lihat ke Halaman Asli

Sayyidah Ilman Nisa

Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Refleksi Akhir Tahun 2022

Diperbarui: 31 Desember 2022   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dinamika panjang  dan gejolak bertubi-tubi datang silih berganati dari hari ke hari hingga tahun hampir berganti lagi, kita belajar banyak hal, bahwa semua yang kita mau bisa kita dapat. Dan juga tidak semua yang sudah kita dapat bisa bertahan selamanya. Maka rencana Allah selalu yang terbaik, meredam keinginan pribadi dan mengutamakan keinginanNya...

Maka marilah berbenah dan meningkatkan kualitas diri, serta menghargai setiap waktu yang kita pinjam, persembahkanlah dirimu sebaik-baiknya kepada yang menghidupkanMu, maka engkau akan menemukan jalan hidup yang sesungguhnya. Berbekallah dengan sebaik-baiknya bekal. Dan sebaik-baik bekal adalah takwa.

Labirin waktu telah terlewati. Singkap tabir yang dianugerahkan Allah untuk setiap hamba-Nya. Waktu yang sudah terlewatkan adalah cara Allah mengajari untuk meng-iqro (membaca) kepada hambaNya sesungguhnya hanya Engkaulah yang memberi petunjuk bagi yang dikehendaki..

Yang berlalu kini akan menjadi ukiran kisah dengan segala dekorasinya. Baik itu dekorasi indah, menyenangkan, meneduhkan, atau bahkan kurang menarik. Selanjutnya, biar kita yang diarahkan, biar kita yang menyerahkan kepada-Nya, waktu dan kesempatan serta keadaan yang akan menjawab...

Tetaplah berpegang teguh dalam indahnya keistiqomahan itu. Cukuplah Dia sebaik-baiknya penolong dan pelindung bagi kita (Ali Imran : 173), (Al-Anfal : 40). Allah yang lebih paham, Allah yang lebih tau, Allah yang Maha atas segalanya.

Ataukah...

Kita masih salah kaprah dalam menyiasati kehidupan yang serba singkat ini. Jujur saja kalau urusan masalah dunia, kita begitu cepat berlari agar bisa meraihnya. Tapi jika itu urusan-urusan akhirat, mengapa kita sering lambat?

Kita toiak akan berlari bergegas jika di undang  untuk datang ke majelis dzikir dan ilmu. Tapi untuk urusan dunia, seberapapun jauhnya selama kita yakin mendapatkannya maka kita akan berlari menggapainya...

Butuh proses, butuh ditempa, butuh dididik, butuh akan segala-galanya. Kalau butuh kita yang datang menghampiri-Nya, maka datanglah dengan hati yang bersih dan kosong, serba ketiadaan. Karena memang kita bukanlah siapa-siapa jika bukan atas rahmat-Nya.

Tetaplah berpegang kepada tali allah. Ibarat saat ini kita naik kapal, jika sudah di atas sekalipun besar ombaknya jangan tinggalkan kapal yang kita tumpangi jikalau mau selamat. Mau olengkah, mau bocorkah, tetap berpegang kepada talinya, selesaikan perjalanan yang sudah anda mulai..

Karena sekalipun kapal oleng atau bahkan tenggelam tetap bisa selamat, karena dalam kapal iu pasti sudah disediakan pelampung..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline