Lihat ke Halaman Asli

Sayuh

Poto

Tertutup Satu Pintu Surga

Diperbarui: 12 September 2022   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Tertutup Satu Pintu Surga

"Orangtua adalah pintu surga yang paling tengah. Terserah kamu, hendak kamu telantarkan dia, atau kamu hendak menjaganya." (HR Tirmidzi).

Cerita pendek dari enam bersaudara, semenjak si ayah sakit. Keenam bersaudara berbakti dengan caranya masing-masing, sesuai kemampuan dan dari kesemuanya tidak ada yang terbebani.

Ada yang bertugas menjaga si ayah bergiliran, ada pula yang bertugas cover biaya administrasi rumah sakit. Keikhlasan serta kekompakan karena kesadaran diri masing-masing anak, semuanya hanya berbakti kepada orangtuanya.

Kakak pertama tidak pernah berhenti memberikan support dan dana, sesekali pulang menjenguk si ayah yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Jangan ditanya berapa duit yang dikeluarkan saudara tertua, sangatlah banyak!

Semua adalah inisiatif dari dirinya sendiri, tujuannya adalah memuliakan orangtuanya. Satu alasan itu saja sudah cukup, tidak perlu alasan-alasan lain. Bukankah berbakti kepada orangtua adalah ladang pahala!

Anak nomor dua pun sama, meski berbakti dengan cara sederhana. Seperti memotong kuku si ayah atau hanya sekedar menemani makan di kala libur. Jika ada daging dipotongnya kecil-kecil, sesekali mengajak ngobrol ayahnya, bertanya perkara-perkara masa mudanya si ayah.

Penuh kebanggaan bagaimana si ayah menceritakan dirinya, sebagai satu-satunya anak laki-laki dari sembilan bersaudara. Semua terlihat jelas ketika saudara-saudara perempuannya memperlakukannya dengan sangat baik.

Tidak sedikit cerita-cerita kebaikan dan heroik dari adek-adek perempuan si ayah. Mereka menganggap sebagai pelindung dan panutan bahkan sampai sepeninggalnya, semua membekas kuat dalam setiap cerita-cerita dari saudara-saudaranya yang saling berkaitan menambahkan seperti sebuah pengingat.

Dalam pikiranku sempat ada sebuah pertanyaan, bagaimana si ayah ini diperlakukan sangat mulia oleh adek-adeknya dan anak-anaknya. Adab dan ilmu yang diajarkan dari para pendahulunya, bagaimana memperlakukan orangtua dan bersikap.

Pantas saja anak-anaknya penuh kesabaran, keikhlasan, bahkan tanpa keluhan sedikit pun selalu bersikap baik saat si ayah dalam keadaan sakit dan mungkin ini tentunya buat sebagian orang adalah hal yang merepotkan ketika merawatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline