Lihat ke Halaman Asli

Saylir Rohmatiyya

خير الناس أنفعهم للناس

Desa Puyoh

Diperbarui: 11 September 2021   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Puyoh

1. Profil Desa Puyoh

Desa Puyoh merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dengan luas wilayah 458.060 ha. Desa Puyoh memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

  • sebelah utara : Desa Soco
  • sebelah timur : Desa Piji
  • sebelah selatan : Desa Samirejo
  • sebelah barat : Desa Menawan

Desa Puyoh Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dengan kecamatan berjarak 3 km, sedangkan dengan kabupaten berjarak 15 km. Secara topografi, Desa Puyoh terdiri atas dataran rendah/perbukitan, dengan ketinggian kurang lebih 0,75 m di atas permukaan air laut. Desa Puyoh mempunyai 37 RT dan 8 RW, juga memiliki beberapa dukuh, antara lain : Krajan, Buloh, Lahar, Banci, Sukorejo, Sidorejo, dan Bonajar.

2. Asal Usul Desa Puyoh

Nama Puyoh yang disandangkan pada desa ini memiliki banyak versi. Ada masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa nama puyoh ini berasal dari nama burung puyuh. Menurut cerita, pada zaman dahulu di daerah tersebut merupakan kawasan hutan belantara yang banyak dihuni oleh burung puyuh (jawa : puyoh). Namun, banyak masyarakat yang mengaitkan nama Puyoh dengan kiprah Mbah Ghofar sebagai cikal bakal desa tersebut. Menurut masyarakat, Mbah Ghofar merupakan seorang mubaligh yang berhasil mengislamkan warga Puyoh, tidak hanya itu, beliau juga memiliki andil besar dalam memakmurkan masyarakat Puyoh. Zaman dahulu, Mbah Ghofar mendiami bangunan kecil di tengah hamparan hutan seorang diri. Karena sekitar rumahnya masih berupa hutan belantara, Mbah Ghofar mensyiarkan agama Islam ke berbagai daerah di lereng gunung muria. 

Berjalannya waktu, kiprah dakwah Mbah Ghofar mulai dikenal khalayak ramai, hingga banyak orang yang memutuskan untuk berguru kepadanya. Banyak muridnya yang kemudian membangun pemukiman di sekitar rumah Mbah Ghofar, daerah sekitar rumahnya pun berubah jadi pemukiman yang semarak. Kehidupan bermasyarakat di daerah tersebut berlangsung dengan baik, masyarakat yang tinggal di daerah tersebut banyak yang hidup berkecukupan, dengan limpahan kekayaan dan ilmu agama. Setelah dicari tahu, kekayaan masyarakat tersebut bersumber dari tingginya tingkat kerukunan antar warga. Sebagaimana wejangan leluhur " yen kerukunan agawe tentrem lan santoso" 

Dengan bermodalkan kerukunan dan kebersamaan, perlahan cita-cita dari masyarakat tercapai. Semua pencapaian tersebut, tentu tidak dapat dipisahkan dari kiprah Mbah Ghofar sebagai pemangku wilayah (empu) di daerah tersebut. Dari situlah muncul kata Puyoh, yang berasal dari kata Empu dan Gayoh. Empu di sini diartikan sebagai pemangku wilayah yaitu Mbah Ghofar dan Gayoh yang diartikan dengan kemakmuran. Dengan kata lain, Puyoh merupakan simbol ungkapan terimaksih masyarakat akan jasa dan dedikasi Mbah Ghofar yang telah menjadikan daerah tersebut menjadi makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline