Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sayidi Akbar

Hanya untuk bersenang-senang

Balas Dendam Terbaik itu Tidak Ada!

Diperbarui: 30 Juni 2024   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data Pribadi Penulis

Sesakit apapun lukanya, jangan ubah tujuannya. Memangnya setelah dendam terbalas, apakah rasa puasnya bertahan lama?. Bukankah lebih baik bodoh amat dari pada tujuan utamamu terbuang hanya karena dendammu pada satu perempuan. Ada banyak cara meluapkan luka hati, patah hati atau apapun itu. 

Salah satu yang mujarab adalah perbaiki hubunganmu dengan tuhan. "Sengaja ku buat kau sakit hati dengan perempuan yang sedang kau kejar, karena bukan yang ini orangnya" mungkin maksud tuhan seperti ini. 

Perbaiki dulu karirmu, bahagiakan ibumu, gantikan peran ayahmu, dan adikmu perlu biaya untuk sekolah. Berpikiran positif pun menjadi pendukung agar kita tidak perlu membuang-buang waktu untuk membalas dendam kita kepada perempuan.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana semua dendam dan amarah yang ku balaskan kepada perempuan itu. Seperti dendam, terkadang rindu tidak dapat dibayar tuntas. 

Bagaimanapun sakit dan luka yang diterima, seni mencintai paling tinggi adalah pergi jauh selagi bukan aku yang dia mau. Bukankah mencintai tetapi tidak dicintai itu menderita ya? 

Hari-hari penyembuhan itu aku lakukan dengan menyelesaikan semua tugas akhir yang sangat-sangat membuatku sedikit melupakannya. Namun sialnya dia datang dengan mengucapkan selamat ulang tahun padaku tepat di jam 00.00 pula. Muncullah lagi rasa yang membuatku bertanya "ah apa ini benar adanya?". 

Kali ini aku menanggapi dengan logika bukan lagi dengan rasa. Ku biarkan saja isi chatnya. Namun sekali lagi aku tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk membalas dendam. 

Akupun menjawab sewajarnya dan sebaik baiknya teman. Meskipun rasanya kembali ada, diapun kembali membuat lukanya kambuh. Kalau sudah begini "emang paling bener ga usah cinta-cintaan dulu dah". 

Aku sembuhkan lagi lukanya, kunikmati kembali masa-masa sulitnya. Emang kelihatannya "ini apaan sih?" bagi seorang yang tidak pernah merasakan berpasangan selama 22 tahun hidupnya. 

Sama sekali tidak ada dendam meski berkali-kali di terjang dan ditimpa rasa yang begitu menderitanya. Sampai akhirnya alam menyadarkan bahwa aku harus tetap berpegang teguh pada tujuan awal. 

Aku tidak ingin menderita sendiri dan sekali lagi. Ku buang jauh semua drama yang hanya aku saja yang merasakannya. Aku belajar untuk tidak berkspektasi melebihi apa yang tidak pernah terjadi. Semua adalah kuasa tuhan dan tetap akan sampai kapanpun akan seperti itu. Tugas kita adalah berusaha dan memperkecil gaya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline