20/08/21 | Penulis : Sayidah Zulfa
Berdasarkan survey data dari Internet World Stats yang di update pada 30 Juni 2021 ada lebih dari 212 juta jiwa atau 77 persen dari hampir 277 juta jiwa populasi yang tinggal di Indonesia merupakan pengguna internet. Tingginya persentase tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan pelaku usaha yang bergerak di bidang Internet dan Telekomunikasi untuk dapat meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat.
Masih mengacu pada sumber data yang ditampilkan dalam Internet World Stats, Indonesia memiliki wilayah seluas 1.904.443 KM dengan kondisi kontur geografis yang bermacam-macam. Pada hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Ookla dalam situs penyedia pengujian kecepatan Internet bagi masyarakat di dunia yaitu Speedtest.com, situs tersebut telah memperoleh jutaan pengujian kecepatan Internet setiap harinya sehingga data yang diperoleh diklaim memiliki akurasi paling akurat dan komprehensif tentang kinerja, kualitas, dan aksesibilitas jaringan Internet di seluruh dunia.
Pada Juli 2021, hasil survey Speedtest.com mendapatkan Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari 139 Negara kategori Mobile Broadband dengan rata-rata kecepatan download 21.35 Mbps, upload 12.29 Mbps, dan latensi 36 ms. Untuk kategori kecepatan Internet kabel yang memanfaatkan jaringan fiber optic (Fixed Broadband) Indonesia menduduki peringkat ke-119 dari 180 Negara dengan rata-rata kecepatan download 25,58 Mbps, upload 14,74 Mbps, dan Litensi 18 ms.
Mobile Broadband masih menjadi primadona yang paling sering digunakan oleh masyarakat kita. Survey yang dilakukan Ookla menjadi salah satu kesimpulan bahwa Indonesia memiliki akses Internet yang tergolong lambat. Mentri Kominfo, Johnny G Plate menyatakan ada empat fokus utama untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.
"Peta Jalan Indonesia Digital yang pertama adalah percepatan infrastruktur untuk memperluas akses masyarakat terhadap internet. Kedua, mendorong adopsi teknologi. Ketiga, peningkatan talenta digital dan terakhir menyelesaikan regulasi pendukung yang bertujuan untuk menyiapkan masyarakat digital," paparnya dalam Program Prime Talk Metro TV "Peta Jalan Indonesia Digital", di Jakarta, Jumat (26/06/2021).
Ada beberapa kondisi di lapangan yang menjadi pertimbangan pokok pemerintah sehingga sampai saat ini pemerataan jaringan Internet di Indonesia masih belum optimal, yaitu :
1. Luas Wilayah dan Letak Geografis Indonesia
Indonesia memiliki wilayah terluas di kawasan Asia Tenggara dan peringkat ke-14 dengan wilayah terluas di dunia. Kontur geografis di Indonesia bermacam-macam, atas dasar keterangan ini maka untuk mengoptimalkan kualitas Internet Mobile Broadband diperlukan kesiapan Infrastruktur Telekomunikasi yang memadai seperti Ketersediaan spektrum frekuensi, pembangunan fiber optic, dan pembangunan Stasiun Pemancar Sinyal (Base Transceiver Station).
Upaya pemerintah guna memperluas pemerataan akses internet untuk seluruh lapisan masyarakat di seluruh cakupan wilayah indonesia terus dievaluasi secara berkala. Pada tahun ini pemerintah menargetkan pembangunan ribuan BTS melalui kerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Sebanyak satu BTS untuk setiap desa yang termasuk wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Pada tahun 2021 pembangunan BTS telah selesai di 4.200 desa dari 9.113 desa 3T. Pembangunan BTS lanjutan akan segera diselesaikan insyaallâh di tahun 2022 mendatang dengan fokus utama pemerataan jaringan 4G.
Pembangunan BTS berbasis Jaringan 4G di seluruh wilayah 3T oleh BAKTI dan non-3T oleh operator seluler diharapkan mampu menjadi solusi pemerintah agar Indonesia dapat menjadi bagian dinamika teknologi digital. Mengacu pada survey data Ookla dengan judul tabel "Asia Internet Use, Population Statistics Data, And Facebook Data, Mid-Year 2021" ada sekitar 64 juta penduduk Indonesia bukan pengguna internet. Pada tahun 2018 BAKTI mengungkapkan 11 persen wilayah Indonesia masih mengalami blank spot seluler atau belum tercover jaringan Internet.