Surat Terbuka untuk (warga) NU dan Muhammadiyah
ADAKAH yang meragukan kontribusi NU dan Muhammadiyah terhadap bangsa? Sepertinya tidak ada. Tak terkecuali sumbangsih keduanya dalam ikut menanggulangi pandemi Covid-19 saat ini.
Tulisan ini sama sekali tidak dalam niatan menyangsikan peran NU dan Muhammadiyah. Sebut saja tulisan ini semacam surat terbuka untuk (warga) NU dan Muhammadiyah, utamanya dalam melakukan percepatan pengendalian persebaran virus ini di tengah masyarakat. Momentumnya sudah di depan mata, yakni Bulan Suci Ramadhan.
Kenapa Harus Ramadhan?
Ya karena dalam hitungan hari kita segera dipertemukan dengan Bulan Suci Ramadhan 1441 H. Yang kedua, ini jauh lebih penting, karena aktivitas sosial keagamaan yang padat dan berintensitas tinggi selama sebulan ramadhan, pun sebagian besarnya dilakukan berjamaah, berkerumun, melibatkan orang banyak.
Sebut saja aktivitas shalat subuh berjamaah yang selalu ramai di masjid/mushola selama rmadhan, pun dengan shalat rawatib lainnya yang lebih ramai dari hari biasa di luar puasa.
Lalu, ada kuliah subuh, pengajian jelang berbuka, buka puasa bersama, hingga puncaknya saat shalat tarawih yang penuh sesak, khususnya di pekan pertama.
Sementara dalam aspek sosialnya, ada mobilitas banyak orang, kerumunan bahkan, dalam aktivitas ngabuburit yang telah mentradisi,baik selepas subuh maupun terutama sore hari menjelang berbuka.
Lalu di waktu dinihari, ada lagi tradisi tong tong prek, ronda sahur, atau apalah namanya, yang juga jamak dilakukan ramai-ramai oleh anak-anak. Semua tradisi sosial keagamaan tersebut sebagian besar adalah khas dan otentik Islam Indonesia, yang sangat sulit ditemukan di Negara-negara Timur Tengah sekalipun.
Lalu bagaimana nasib aktivitas sosial keagamaan tersebut di saat-saat wabah corona seperti ini? Kalau umat Islam Indonesia berkomitmen kuat untuk membantu penanggulangan Covid-19, maka mau tak mau harus mengorbankan banyak tradisi religiositas tersebut di Ramadhan 1441 nanti.