Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Saefudin

An Amateur Writer

Puasa, tentang Intimnya Hamba dengan Tuhannya

Diperbarui: 15 Mei 2019   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEJADIANNYA seringkali berulang, ketika mengajak si Bontot bepergian. Entah karena solider ataukah butuh teman, dia selalu mensyaratkan satu hal agar mau pergi: ikutsertakan kakak ! "Kalau kakak ga ikut, adek gak mau pergi !," begitu rajuknya.

Terkadang saat diajakserta ke rumah tantenya, pun rajukan yang sama akan disampaikannya. Dia baru bergegas ketika kami memastikan permintaannya terpenuhi. "Ayo Dek, kakak dan sepupumu sudah di sana loh,"

Lantas, apa kaitannya dengan puasa Ramadhan? Mari tilik cara Allah memerintahkan berpuasa.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Al Baqoroh: 183).

Tuhan seolah ingin mengatakan; kalau kamu sungkan atau merasa diberatkan dengan puasa, umat sebelum kamu sudah melakukannya, bahkan dengan ketentuan yang mungkin lebih berat. Kini, hampir semua agama dan kepercayaan mengenal laku puasa. Melalui diksi 'Sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu', Allah semisal ingin menyampaikan kedekatan dengan hamba yang menerima perintah.

Allah memastikan setiap perintah-Nya sesuai dengan kemampuan hamba, bahkan menyesuaikan zamannya. Umat akhir zaman yang berusia lebih pendek, tuntunan ibadanya juga lebih ringan. Shalat wajib yang hanya lima waktu sehari, hingga puasa Ramadhan yang hanya sejak fajar sampai maghrib. Meski lewat puasa Allah ingin mendidik keinginan dan nafsu manusia agar tak liar, agar tak tamak, nyatanya puasa itu tetap dalam batas kemampuan manusia.

Bahkan, kalaupun ada yang sedang diberatkan seandainya tetap berpuasa, Allah memberi rukshoh, dispensasi, misal untuk wanita hamil dan menyusui, yang sakit, yang sedang bepergian, diperbolehkan untuk tak berpuasa, seperti disinggung dalam ayat lanjutan di Al Baqoroh: 184. Tetapi di penghujung ayat itu, Allah memberi penegasan: "Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".

Kalimat tersebut juga penegas kedekatan, bahwa selaku Khaliq, pencipta, Dia menegaskan lebih tahu apa yang dibutuhkan makhluk ciptaan-Nya: manusia. Kalau Honda pernah memproduksi serie jazz dengan kunci rahasia, maka saat mobil tak bisa dijalankan, tanyalah pada Dealer Honda, bukan Toyota atau Mazda. Mereka yang memproduksi, mereka pula yang memahami seluk beluk suku cadang dan system operasinya.

Saat orang sukses berpuasa, yakni memperkuat kendali atas keinginannya, maka dia akan semakin dekat dengan Tuhannya. Karena nafs atau keinginan-keinginan yang bisa menjelma menjadi tuhan itu kalah prioritas dari Tuhan hakiki. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah bahkan menegaskan bagaimana spesialnya ibadah puasa bagi keintiman hamba dengan-Nya.

"Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung," (HR Bukhari)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline