Lihat ke Halaman Asli

Nurul Fauziah

Mencintai tulis-menulis

Puisi | "Patah Hati: Jilid Satu"

Diperbarui: 14 Juli 2024   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Patah Hati" | Source: Makunin via Pixabay

Mungkin kesalahanku, adalah dirimu.

Dengar. Aku hanya si idiot yang patah hati. Ditampar realita, ditikung mimpi-mimpi. Kukira sebentar lagi musim semi. Masalahnya, mawar dara memang berduri.

Kupikir, disisimu saja cukup.

Rasa ini menjebakku. Membelenggu, menggundahkan yang tak perlu. Kutepis jarak, tetapi ruang menggema kata tunggu. Senyum dan tangismu, ternyata bukan untukku.

Kupikir waktu berpihak padaku. 

Sebab pagiku menolak mengusir waktu. Menyambut hadirmu yang menghangatkan kalbu. Membuat napasku memburu, tak cukuplah secawan rindu. Bak mahligai asa, perutku berkupu-kupu.

Dan rupanya, hanya aku. 

Berapa lama waktu telah berlalu? Sekarang, kau bagian dari hariku dan aku terbiasa dengan itu. Jika kau pergi, bagaimana denganku? Apa semuanya akan kembali seperti dulu? Seperti hari-hari saat duniaku hanyalah pagi malam nan bisu?

Pertanyaan itu mengekang dadaku. Sedang logikaku enggan membantu.

Andaikan ini novel, kuhajar penulisnya! Tega sekali bajingan itu membuatku gundah gulana. Membuaiku dengan bait aksara, sengaja membuatku lupa angka-angka. Didera kecewa nan membabi buta. Terluka.  

Dan kau, sibuk mencari bahagia.

[Solok, 13 Januari 2022: Inspired by Deehan dari Mahika]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline