Kau itu ... seperti permata.
Tunggang langgang raga mengejarnya.
Bermandi debu menguras tenaga.
Labirin akal memutar cara mendapatkannya.
Uang.
Uang, uang, uang, dan uang.
Jika kalah, dikata pecundang.
Beda terpisah, dikata terbuang.
Yang jahil meremang, mengajak perang.
Karenamu, orang-orang bisa begitu.
Ada punggung yang dibakar mentari.
Sisip isak tenggelam dalam sunyi.
Kelana tenaga entah kemana sepanjang hari.
Redam bisik, bertanya "makan apa hari ini?"
Tetap saja ...
Gurat senyum terbit dari wajah yang hampa.
Sedang sebaris gusar terpatri oleh dilema.
Dibalik pintu, merajah waktu tanpa titik koma.
Saling bertanya, "berapa biayanya?"
Kau tahu, karenamu ...
Ketar-ketir dunia terus berlomba.
Dusta menggema hal yang biasa.
Sementara yang kecil bertanya-tanya.
Adil itu, apa?
Ada yang membuka pintu, mengoyak kelabu.
"Ayah, ibu. Kuliah itu tak perlu."
"Aku akan bekerja, membantu."
Semesta pun diam, merasa malu.