Terkadang, Ah tidak tidak! Maksudku, Selalu. Ketika aku menutup mataku, maka kau akan selalu terlihat di pikiranku.
Di sana, kau akan tertawa lebar. Wajahmu sumringah, begitu cerah diterpa kemilau cahaya mentari pagi. Angin akan menyibak rambutmu, dan ia akan berkibar layaknya fatamorgana terbaik yang ada di bumi. Ah, cantik sekali.
Aku tidak dapat mendengar suaramu. Rasanya aku tuli dan bisu. Rasanya tidak ada kekuatan di tubuhku.
Tetapi aku tahu. Kau menyebut namaku. Bibirmu bergerak merapal setiap aksara namaku. Seolah-olah namaku suci, walau sebenarnya nama itu adalah salah satu hal yang paling kubenci.
Aneh, bukan? Kenapa rasanya aku begitu tenang ketika mengingatmu memanggil namaku? Seumur hidup aku membencinya. Namun sekarang aku menyukainya. Seakan-akan panggilan darimu menyapu semua lara yang ada.
Jadi, tanpa sadar aku akan tertawa. Lepas dari semua kekangan yang ada. Lega. Begitu saja.
Bahkan saat kembali membuka mata, ingatan tentangmu bak lukisan indah yang terpatri di khatulistiwa. Kemana pun aku melangkah, kau ada di sana. Tak pernah pergi. Apa kata lirik lagu itu? Jauh di mata dekat di hati? Haha.
Fakta kecil seperti itu rasanya mampu meringankan segala beban yang ada. Rasanya mengokohkan kembali kaki yang telah goyah, memecut kembali semangat yang telah luruh, mengembalikan tujuan yang sempat hilang.
Itulah mengapa, aku bisa menahan semuanya.
Karena ingatan itu. Karena kau memanggil namaku.
[Solok, 7 Agustus 2021]