Lihat ke Halaman Asli

Nurul Fauziah

Mencintai tulis-menulis

Dua Hati di Persimpangan

Diperbarui: 5 Agustus 2021   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Soompi.com

Kita begini lagi.
Oleh lindung yang tak berarti.
Hasrat yang kian memaki.
Setapak bercabang dengan elegi.

Hatiku pendam ingin utara.
Namun selatan datang memberi tawa.
Atmosfer rasa terekam berbeda.
Petik gitar mengalun mengubah dunia.

Karena, setiap hati hanya ingin diterima.
Sebab lembar ketulusan dicari agar bahagia.

Dua orang berbeda di persimpangan.
Lampu jalanan benderang menertawai angan.
Aku tahu diriku bodoh tak berjawaban.
Dan aku tahu, seharusnya ku beri ketegasan.

Tiap detik akal dan hatiku diketuk palu.
Dingin malam memeluk tubuhku dengan pilu.
Utara dan selatan bagai cerah dan kelabu.
Mengabur harap dan palsu menjadi abu-abu.

Oleh diri dan jiwa yang ingin kulindungi.
Susah payahku ingin melepasnya pergi.
Aku tahu selama ini aku dibuai mimpi.
Sampai jumpa ku kata walau sakit sekali.

Desah asaku mengerang keras.
Mata itu bergetar memandangku cemas.
Ia datang dengan dingin yang menawar panas.
Memelukku. Menenangkanku menolak bias.

Karena, kitab cinta hanya dimiliki surga.
Sebesar apapun gelombang rasa, takdir bertemu tuk menggantinya.

Kami tersenyum. Malam telah berganti pagi.
Terima kasih tuk tak menyerah, hati.
Dan untukmu, yang dilepas dan pergi.
Terima kasih. Memberi kenangan tuk diari.

Sampai jumpa lagi.

[Solok, 5 Agustus 2021]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline