Lihat ke Halaman Asli

Nurul Fauziah

Mencintai tulis-menulis

Confussion

Diperbarui: 2 Juli 2021   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Confussion, Image by Engin_Akyurt via Pixabay

Ah, pikiranku kusut.
Muka payah berselimut sungut.
Sementara karya dipendam lalu berlumut.
Sunyi rumah pun terasa ribut.

Ah, menyebalkan.
Amukan hujan terasa memekakkan.
Jerami akal simpang siur akan jawaban.
Berfilsafah memilih tentang yang harus dilakukan.

Ah, sakit sekali.
Rasanya ada ombak menghambat nyali.
Lagak bagai dewa yang ingin membumi.
Namun hati tumpul oleh jalan bergerigi.

Ah, aku bingung.
Butir-butir nasihat hanya menggaung.
Kehendak hidup ingin sukma yang agung.
Namun tangan malah terantai kaki terpasung.

Ah, aku harus bagaimana?
Mata-mata melirik bergibah curiga.
Tak terdengar telinga tapi tusukannya terasa.
Muram sepi disapa hitamnya langit di dermaga.

Di suatu hari yang cerah, aku pelik.
Enggan lidah terangkat untuk mengulik.
Ingin hati sembunyi saja dalam bilik.
Tenggelam dengan tumpukan buku dan musik.

Di suatu hari yang cerah, pikiranku kusut.
Lalu ku menulis manggut-manggut.
Rupanya, ku abai aturan gambarku pun dicabut.
Makin kacau lah hati hendak carut-marut.

Serius. Ada yang hilang namun kulupa. Ada yang mendidih namun ku tak tahu apa. Ingin menangis tapi ku tak tahu caranya.
Tuhan, Aku harus bagaimana?

[Saning bakar, Solok, 1 Juli 2021]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline