Pemerintah berhasil membangun bangsa ini ?
Sering kita dengar, pemerintah berhasil dalam melakukan pembangunan. Dengan tolok ukur yang sering di gembar gemborkan seperti, menurunnya pengangguran dan kemiskinan, tingginya angka pertumbuhan ekonomi, inflasi yang terkontrol, dsb-nya.
Jika rakyat disodorkan data tersebut bukan tidak mungkin malah bingung. Mengapa ?
1. Turunnya angka pengangguran, tapi masyarakat juga bingung, mengapa tetangga anak muda-nya banyak yang menganggur ?, tukang ojek makin banyak, pengemis di lampu merah juga.
2. Turunnya kemiskinan, tetapi masih banyak yang merasa miskin. Masih banyak yang tidur di emperan toko, gerobak. Bukankah kemiskinan tolok ukurnya adalah memiliki rumah sendiri.
3. Inflasi terkendali (turun), tetapi harga terkadang naik tidak terkendali. Cabe kadang-kadang tinggi, tahu goreng, tempe goreng habis naik tidak mau turun lagi.
4. Tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi jalanan masih banyak berlubang bak kubangan kerbau, listrik masih byar pet.
Jadi bisa dipastikan rakyat sebenarnya banyak yang tidak mengerti. Apa itu pertumbuhan ekonomi ?, angka kemiskinan turun, pengangguran turun, tapi merasa tidak sesuai kenyataan.
Jika boleh menawarkan, mari kini kita nilai keberhasil pembangunan dari nilai tukar rupiah. Jika nilai tukar rupiah meningkat atau tetap stabil pada angka tertentu, maka bisa dikatakan, pembangunan berhasil dilakukan.
Misal SBY, saat menjabat pertama mulai tanggal 4 Oktober 2004, kurs USD saat itu adalah, 9211 (kurs tengah BI). Saat masa jabatan I, selesai kurs tengah BI adalah, 9400. Sekarang menjelang masa jabatan berakhir berapa nilai rupiah ?.
Memang kesannya pembangunan ada, tetapi jika rupiah melorot. Maka bisa dibilang itu pembangunan semu. Pembangunan harus membawa manfaat juga untuk rupiah bukan hanya Indonesia secara fisik. Karena Indonesia dinilai dengan rupiah.