Lihat ke Halaman Asli

Lapangan Kerja Minimalis, Optimalisasi Potensi Desa Jadi Solusi

Diperbarui: 23 Agustus 2022   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pembuatan batu merah oleh salah seorang pekerja (dokpri)

Penulis: Kelompok KKN 89

PECORO, JEMBER- Sabtu, 30 Juli 2022, Mahasiswa KKN Kolaboratif Kabupaten Jember kelompok 89 beranggotakan 9 orang, melakukan penggalian potensi desa melalui kunjungan terhadap salah satu usaha lokal milik warga Desa Pecoro, Kecamatan Rambipuji.

Desa Pecoro menjadi salah satu desa di Kabupaten Jember yang memiliki industri batu merah dengan populasi terbanyak. Setiap dusun di Desa Pecoro mulai dari Dusun Krajan, Bindung hingga Kandangan pasti terdapat industri batu merah di dalamnya. Industri tersebut sudah berdiri selama bertahun-tahun dan hasil produksinya mampu mencapai skala ribuan.

Pada permulaannya, industri batu merah digagas karena minimalisnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat setempat yang memiliki background pendidikan rendah. Namun disisi lain, lahan pertanian di daerah Pecoro cukup luas dengan karakteristik tanah liat atau lempungnya. Berdasarkan kacamata pandang penduduk lokal, potensi ini dijadikan peluang untuk membuka lapangan pekerjaan yakni pengrajin batu merah. Dengan bermodal uang untuk menyewa sawah yang akan dijadikan sebagai lahan industri dan peralatan tradisional, ternyata mampu  mengantarkan usaha batu merah menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat di Desa Pecoro dari generasi ke generasi.

"Pekerja biasanya memulai pembuatan batu merah sejak jam 5 pagi dan pada siang harinya mereka istirahat. Beberapa pekerja bahkan mulai bekerja sejak sebelum menikah," ujar Pak Susanto selaku pemilik usaha.

Dokumentasi pekerja batu merah di Dusun Krajan, Desa Pecoro (dokpri)

Proses pembuatan batu merah dilakukan secara tradisional tanpa bantuan mesin. Mulai dari pembuatan adonan tanah liat, pengadukan, pencetakan, penjemuran, hingga pembakaran.  Proses pembuatan adonan dan pengadukan hasil seimbang agar batu merah tidak mudah pecah atau hancur. Lalu, adonan yang sudah siap akan dicetak menggunakan balok kayu yang dibentuk persegi panjang dan pada saat mencetak harus dicampur air serta ditekan-tekan supaya padat dan bentuknya simetris. Setelah itu, baru dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari.

"Untuk proses penjemuran sendiri, kalau musim panas, penjemuran batu merah bisa cepat daripada musim hujan, biasanya membutuhkan waktu hingga 2 hari. Tapi kalau waktu musim hujan, waktu keringnya lumayan lama, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan," ujar Pak Susanto.

Yang membuat kami (kelompok KKN 89) penasaran ialah di tempat penjemuran batu merah selalu terdapat terpal di sisi kanan dan kirinya. Saat ditanyakan, apa fungsi terpal-terpal tersebut?

"Terpal-terpal itu ditaruh sana untuk melindungi batu merah yang sedang dijemur kalau sewaktu---waktu hujan tiba-tiba turun," ungkap Pak Syafi'i selaku pekerja batu merah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline