Bu Partinem demikian dia memperkenalkan diri. Seorang buruh gendong di Pasar Bringharjo.
Buruh gendong adalah pelayanan jasa yang dilakukan oleh ibu-ibu di pasar kota Jogjakarta. Ibu-ibu ini bersedia membantu menggendong" atau membawakan barang-barang belanjaan siapa saja yang membutuhkannya.
Beliau menawarkan jasanya pada saat kami lagi berbelanja dan sibuk menawar batik di pasar Beringharjo yang penuh manusia.
Ibu Partinem dengan gigih menawarkan jasanya utk membawakan barang-barang belanjaan kami. Awalnya kami menolak karena merasa mampu membawa belanjaan kami yang masih sedikit tapi akhirnya aku mengambil keputusan untuk menerima tawarannya.
Dia begitu gesit, cekatan, lincah berkelit diantara banyak manusia di gang-gang dalam pasar dan di usia 53 tahun, dia masih kuat membawa belanjaan kami yang cukup banyak dan berat sendirian.
Sambil menunggui temanku berbelanja, aku berbincang-bincang dengan ibu Partinem.
Sebenarnya dari awal, ketika ia mulai menawarkan jasa tenanganya, aku sudah memperhatikannya. Ada yang menarik dari sikap, gerak tubuh, cara bicara dan paling penting adalah sorot matanya yang berbinar tajam penuh semangat.
Ia menceritakan riwayatnya menjadi buruh gendong. Sedari kecil, ia sudah ikut ibunya ke pasar yang juga berprofesi sebagai buruh gendong. Sempat bersekolah tapi karena ketiadaan biaya jadi berhenti sekolah dan sejak itu mulai dari umur 14 tahun sudah bekerja sebagai kuli gendong. Selama menjalankan profesinya, ia sudah sangat mengenal hampir semua orang disitu. Pasar Bringharjo sudah menjadi rumah keduanya.
Bu Partinem menceritakan suka dukanya sebagai buruh gendong termasuk pulang pergi ke rumahnya di Kulon Progo. Pagi-pagi sekali sudah berangkat, sampai di pasar mulai menjajakan tenaganya pada orang-orang yang berbelanja kadang dapat kadang kalau lagi sepi, ia juga sepi yang menyewa tenaganya.
Saat bercerita tentang suka dukanya sebagai Buruh Gendong tidak sekejappun kulihat perubahan di wajah atau matanya. Bu Partinem tetap semangat dan apa adanya. Tidak ada air mata ataupun wajah mendung sendu.
Dari pembicaraan dengannya, aku sungguh mengagumi ibu ini. Ia menjalani profesinya dengan Ikhlas, penuh semangat, optimismenya tetap tinggi, sederhana, tekun dan JUJUR (ini poin yang sangat penting sekali menurutku). Tetap gigih walaupun ditolak saat menawarkan jasanya.
Wajahnya awet muda, kencang, tulus dan penuh senyum. Bahkan dia dengan polosnya mengundang aku untuk datang ke rumahnya di Kulonprogo dan akan menyediakan kelapa untuk diminum.
Dalam keterbatasan dan ketidakpunyaannya, dia tetap menawarkan untuk memberikan yang dia miliki ke orang lain.
Walaupun hanya buruh gendong tetapi dedikasi dan tanggung jawabnya sangat besar pada barang-barang klien dan pekerjaannya.
Aah bu Partinem, anda mewakili wajah Jogjakarta yang luhur budi dan tinggi pekertinya.