Lihat ke Halaman Asli

Pilkada 2017 dan Kesadaran Politik Saya

Diperbarui: 10 Februari 2017   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada tahun 2017 ini menjadi yang pertama bagi saya, baik sebagai pilkada maupun dalam konteks pemilihan umum secara keseluruhan. Pada saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2015 lalu, saya tidak bisa mengikutinya karena umur saya belum mencukupi. Oleh karena itu, momen pilkada yang akan tiba dalam hitungan hari ini menjadi pengalaman yang baru dalam hidup saya.

Sejujurnya, saya bukanlah orang yang terlalu mengerti dan peduli dengan politik. Seperti sewajarnya anak muda seumuran saya, selain belajar di kampus, saya mengisi kehidupan sehari-hari saya dengan bercengkrama dengan teman-teman dan keluarga, dan menikmati hiburan dari tv, film, dan musik dari musisi-musisi kegemaran saya. Persoalan politik dari dulu tak pernah menjadi hal yang saya pusingkan.

Akan tetapi, keadaan menjadi sangat berbeda pada momen Pilkada 2017, terutama dalam konteks Pilkada 2017 di DKI Jakarta. Perkembangan media terutama melalui jalur internet memberikan dampak yaitu "banjir" informasi mengenai Pilkada. Menjadi hal yang sulit bagi saya untuk tetap mempertahankan rasa acuh tak acuh saya terhadap bidang politik dan Pilkada mendatang, karena setiap hari internet dan media lainnya penuh dengan informasi dan opini mengenai Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Semua orang mempunyai pendapatnya masing-masing mengenai Pilkada ini. Teman-teman dan keluarga saya memenuhi linimasa media sosial saya dengan opini-opini mereka. Saya yang awalnya tidak peduli tetap melanjutkan membaca karena rasa ingin tahu. Namun saya masih merasa belum waktunya bagi saya untuk ikut serta, baik karena rasa ragu saya karena masih awam dalam hal ini, dan masih adanya rasa tak peduli.

Namun, setelah membaca begitu banyak opini di media sosial, menyadarkan saya bahwa opini-opini tersebut dimiliki oleh para calon pemilih yang nantinya akan menentukan siapa yang akan mendudukin jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, sama seperti saya. Suara saya dan mereka akan menentukan bagaimana Jakarta akan berkembang dalam 5 tahun kedepan, bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada di berbagai penjuru kota dapat diselesaikan. Suara mereka dan suara saya berharga.

Dalam sisa waktu kira-kira seminggu ini, mungkin saya tidak akan langsung ikut aktif beropini di media sosial mengenai pilkada. Akan tetapi saya akan berusaha lebih peduli mengenai hal ini, karena seperti yang saya telah bahas sebelumnya saya mulai merasakan tanggung jawab yang saya miliki sebagai pemilik suara penentu masa depan kota saya. Semoga banyak anak muda yang tadinya sama tidak pedulinya dengan saya dapat menyadari hal ini. Dan saya harap dengan pemimpin baru Jakarta nanti, kota ini akan semakin baik dan masyarakat Jakarta dapat merasakan betapa nyaman-nya hidup di Jakarta. Serta, saya harap Jakarta disertai kedamaian selalu. Mari warga Jakarta kita gunakan hak kita untuk memilih demi Jakarta yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline