Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
Sesaat lagi kita akan memasuki bulan Desember yang dimana pada bulan ini kita sebagai umat Katholik merayakan hari raya Natal. Sudah menjadi tradisi bersama kalau setiap tahunnya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) jadi perwakilan gereja untuk memutuskan tema Natal Nasional.
Pada tahun ini, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengusung tema "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem..." (Lukas 2:15). Tema inilah yang akan menjadi tema Natal tahun ini.
Hari Raya Natal merupakan hari yang ditunggu-tunggu bagi umat Kristiani. Kita sebagai umat Kristiani merayakan Natal, karena Natal merupakan peringatan kasih karunia Allah yang berkarya dalam kehidupan manusia. Allah mencurahkan kasih karunia-Nya kepada manusia melalui kelahiran Yesus Kristus yang akan berkarya untuk menyelamatkan manusia.
Merayakan Natal merupakan rasa syukur kita atas karunia Allah yang telah diberikan kepada kita melalui kelahiran Yesus Kristus. Yesus Kristus Sang Juru Selamat dilahirkan di kota yang bernama Betlehem. Betlehem merupakan kota yang dipercaya sebagai kota suci bagi umat Kristiani. Kota ini berada di Tepi Barat, Palestina.
Perayaan Natal kali ini sungguh istimewa. Mengapa? Karena dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus, Allah datang menemui dan menyapa kita secara personal. Kehadiran Allah yang menemui dan menyapa kita memberikan harapan bahwa Allah tidak pernah mengambil jarak dari kehidupan kita.
Ia senantiasa menghampiri dalam berbagai situasi hidup kita. Ia senantiasa menghampiri dalam berbagai situasi hidup kita. Oleh karena itu, kita menyambut kehadiran Allah pada dalam diri kita dengan hati yang terbuka.
Tema Natal tahun ini mengajak kita untuk merespon kedatangan sang Kristus dengan sukacita dan bergembira sebagaimana respon sukacita para gembala yang setelah mendengar Kabar Sukacita yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan, mereka langsung bergegas untuk pergi ke Betlehem.
Sikap yang digambarkan oleh para gembala adalah sikap keterbukaan. Para gembala mau terbuka sehingga pada saat menerima adanya Kabar Sukacita yang diberikan dengan tanda bintang yang bersinar, mereka langsung bersiap-siap dan bergegas menuju tempat yang ditunjukkan oleh bintang yang bersinar itu yaitu Betlehem. Oleh karena itu, dari sikap keterbukaan yang ditunjukkan oleh para gembala, kita juga harus menyambut hari Natal dengan sikap terbuka.
Kita juga dapat meneladani dari Bunda Maria. Dengan sikap terbuka, Bunda Maria menyikapi kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan melalui perantara Malaikat Gabriel dengan sukacita. "Aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu." Karena ketersediaan yang diberikan oleh Maria, lahirlah Sang Juru Selamat bagi dunia ini. Sikap keterbukaan itu dapat kita tunjukkan dengan percaya bahwa dengan perayaan kelahiran Yesus Kristus dapat menjadi awal kehidupan dan harapan baru.