Lihat ke Halaman Asli

Sauzi Rachmasari

Pekerja Sosial

Makna Kebahagiaan

Diperbarui: 30 Desember 2020   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku bahagia ketika aku bermakna. Aku bermakna disini artinya aku dapat bermanfaat, ya bermanfaat kepada siapapun. Tidak jauh dari hakikat seorang manusia. Manusia hidup untuk mengabdi kepada tuhannya dan menjaga alam semesta. Manusia adalah makhluk sosial, tak terlepas dari kehidupan antar manusia yang lain untuk saling melengkapi, agar tidak terjadi tumpang tindih, dan  alam semesta terjaga keharmonisannya. Ketika kita sudah berjalan sebagaimana mestinya kebahagiaan itu akan selalu menghampiri, entah bagaimana bentuk kebahagiaan di berikan kepada kita. 

Itulah kebahagiaan versi diriku. 

Kenapa aku memiliki versi bahagia seperti itu? Karena suatu kali aku pernah berada dalam keadaan yang terpuruk. Suatu kali aku sedang giat - giatnya belajar waktu itu. Aktivitas saat itu hanya bangun, sekolah, kerjakan pr, bantu orang tua, nonton tv, tidur, ibadah dan seterusnya begitu. Lalu terlintas pertanyaan saat menjelang mau tidur, "sebetulnya apa gunanya aku hidup?". Saya merasa ada kekurangan disitu. Walaupun hasil belajarku itu juga tidak dapat dipungkiri bahwa membuat seseorang yang lain bahagia juga karena prestasiku. Yaitu kedua orangtuaku yang bangga atas prestasiku. 

Aku mencoba menerka nerka sebetulnya apa sih tujuan manusia itu ada. Akhirnya membuka banyak pertanyaan. Kenapa ada jiwa di raga, bisa tidak bertukar jiwa, bisa tidak ketika sudah mati hidup kembali. Tapi pertanyaan itu masih belum terjawab karena saat itu aku masih smp. Pengetahuanku untuk belajar seperti itu masih gak karuan. 

Akhirnya tanpa rencana apapun, beruntung waktu smk aku dipertemukan dengan sebuah diskusi yang  menunjukkan sebetulnya tujuan hidup manusia itu untuk apa. Karena sejak ada pikiran seperti itu, aku merasa resah. Walaupun ada hal hal yang membuat aku bahagia menjalani kehidupan sesaat waktu itu. 

Tapi aku merasa kurang bermakna. Kurang puas bahagiannya. Ah dasar manusia yang gak pernah bisa puas juga sih. Dari sinilah sejak smk, tercetus tujuan itu "aku mempunyai keinginan untuk hidup bermakna, hidup bermanfaat untuk alam semesta."

Bermanfaatku itu aku wujudkan dengan aku belajar yang sungguh sungguh sebagai seorang pelajar, berkarya sebanyak-banyaknya sebagai seorang pekerja, dan berbagi sesama alam, sebagai seorang mahkluk sosial. Alam disini aku artikan manusia, hewan, tumbuhan dlsb yang ada disemesta ini. 

Seiring berjalannya waktu dengan aku menjalani aktifitas yang bermanfaat itu, menyadarkan kenapa aku bisa merasa resah memikirkan kehidupan manusia. Karena ternyata aku hanya memikirkan kebahagiaan diriku sendiri.

Padahal kebahagiaan atas diriku juga sebagian besar ada pada berbagi, memberi dan menyantuni mereka yang membutuhkan. Saat itu aku terlalu bangga atas pencapaian diriku saat itu. Tapi tidak memikirkan kebahagiaan orang lain. Padahal mereka juga berhak bahagia. 

Namun aku sadar, saat itu aku masih smk. Masih belum berpenghasilan. Bagaimana aku bisa berbagi kepada mereka, bagaimana aku bisa memberi makanan, minuman, baju yang layak kepada mereka, bagaimana aku bisa menyantuni mereka. Bagaimana aku bisa ikut menjaga hutan gunung sawah di Indonesia ini agar tetap makmur. 

Akhirnya dengan aku mencoba berbagai organisasi baik dari dalam maupun luar sekolah. Aku menemukan jalan bagaimana aku bisa berbagi kebahagiaan ku, memberika mereka kehidupan yang layak dan dapat secara tidak langsung menyantuni mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline