Lihat ke Halaman Asli

Ngobrol Kreatif di Balik Imajinasi Agus Noor

Diperbarui: 22 Oktober 2017   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

"Hiduplah seperti apa yang kita pilih."

Demikian ujar Agus Noor kepada peserta bincang-bincang proses kreatif di balik penulisan buku "Cinta Tak Pernah Sia-Sia" yang digelar di Graha Bhakti Budaya TIM, Sabtu kemarin, 21 Oktober 2017. Buku "Cinta Tak Pernah Sia-Sia" merupakan kumpulan cerpen Agus Noor yang dimuat dalam koran Kompas Minggu selama 27 tahun menekuni dunia kepenulisan. Buku ini telah dirilis September 2017 lalu.

Pilihan Agus Noor menjadi seorang seniman sejak zaman kuliah dilandasi oleh kecintaannya terhadap seni dan budaya. Ia pun kala itu sudah hobi menulis untuk majalah-majalah remaja sejak SMA. Pilihan ini membuat orang tuanya kerap bertanya-tanya,

"Kamu yakin bisa 'hidup' dari menulis?"

Jawaban atas pertanyaan tersebut ia simpulkan lewat pemilihan judul buku "Cinta Tak Pernah Sia-Sia" yang menunjukkan bahwa kecintaannya terhadap menulis mampu mengantarnya kepada pencapaian-pencapaian yang ia peroleh saat ini.

"Tapi kalau mau punya apartemen 12 lantai, yaa jangan jadi penulis hehehe", sambungnya berkelakar.  

Agus Noor dikenal sebagai salah satu sastrawan yang produktif. Di samping menulis, ia pun telah menyutradarai dan menulis naskah pementasan teater dan program TV.

Ia menekankan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan disiplin yang tinggi. Waktu 24 jam harus mampu dikelola dengan baik. Slot waktu untuk membaca (terutama untuk melakukan riset) dan menulis mesti dialokasikan dalam sehari. Buku bacaan apapun menurutnya layak untuk dibaca, mulai dari prosa, buku-buku nonfiksi, musik, bahkan resep buku masakan!

Kekayaan akan pengetahuan menurutnya akan membantu seorang penulis merangkul tema-tema yang lebih luas. Hal ini ia buktikan melalui perjalanan panjang cerpen-cerpennya yang tidak terpaku pada satu isu tertentu. Fleksibilitas ini membuatnya tidak hanya menulis cerpen bertemakan rural atau romantisme perjuangan masyarakat kelas bawah yang dibalut surealisme-realisme, sebagaimana ia tuangkan pada awal-awal karir menulisnya di Kompas tahun 90an. Namun, kini ia juga merambah tema-tema lain seperti urban yang dibawakan dengan satir. Pun humor politik, belakangan.      

Di samping itu, Agus Noor mengakui bahwa ia tidak pernah terpaku pada satu gaya kepenulisan. Baginya, setiap cerita memiliki keunikan masing-masing. Penulis yang baik harus mampu menggali keunikan tersebut, alih-alih memaksakan cara penyajian yang sama terhadap semua cerita.

Dalam diskusi ini hadir pula Dewi Ria Utari, penulis cerpen, yang turut memperkaya diskusi dengan menilik buku "Cinta Tak Pernah Sia-Sia" dari sudut pandangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline