Lihat ke Halaman Asli

sausan aliyyah

Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memanfaatkan Teknologi untuk Dakwah: Teknik dan Tips Sukses

Diperbarui: 20 Juni 2024   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Syamsul Yakin dan Sausan Aliyyah
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak dapat disangkal bahwa dai adalah anggota komunitas online. Dai dengan mudah berbagi pesan dakwah dalam hitungan detik melalui blog, media sosial konvergensi, wiki, forum, dan dunia maya yang disediakan dan didukung oleh penyedia internet.

Dai dapat berpartisipasi dalam Narrative War sebagai anggota komunitas online. Secara tradisional, perang narasi dapat dilakukan secara tatap muka. Namun, di era masyarakat online, perang narasi ini dapat dilakukan secara tatap maya dan hanya dengan  dua jempol saja.

Perang narasi dalam dunia dakwah adalah sebuah gerakan virtual di mana seorang khatib mengutarakan ide atau gerakannya dan mengajak komunitas online lainnya untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan. Dikatakan perang narasi, karena konten yang kontradiktif begitu lazim di masyarakat internet.

Agar berhasil menarik, mengundang, dan mempengaruhi opini publik secara online, dai perlu memanfaatkan sejumlah petunjuk, teknik, tips, dan trik.

Pertama, saat menjelajahi platform, dai harus mampu "membangkitkan" emosi seperti kesedihan, kegembiraan, reaksi, dan marah. Untuk menyampaikan konten yang  menarik, konten harus berdurasi 3 menit atau kurang dan memiliki resolusi video serta rasio aspek  yang direkomendasikan oleh pakar komunikasi. Jika ingin teks singkat tentang gambar (caption), sebaiknya dalam bahasayang baku.

Ini adalah salah satu aspek keterampilan khusus multimedia yang dipahami oleh para dai, setidaknya secara global. Aspek lain dari konten seorang dai (baik teks maupun gambar) harus didasarkan pada data dan penelitian. Mereka dinilai memiliki wawasan interdisipliner sehingga akan disegani di komunitas online ke depannya.

Kedua, dapat dipastikan bahwa komunitas online yang menjadi bahan ceramah dai yang berasal dari Manhaj dan mazhab Islam yang berbeda. Dalam konteks sosial-politik, komunitas online mencakup berbagai organisasi massa dan afiliasi politik. Untuk itu, teks dan gambar yang dibagikan harus bersifat inklusif, toleran, dan moderat.

Saat ini, dai moderat, cerdas, toleran, inklusif, dan umumnya memiliki lebih banyak pengikut (di Instagram dan Tik Tok), tweet (Twitter), pelanggan (YouTube), teman (Facebook), dan akan disukai. Dai tidak bisa berpura-pura atau gabut menjadi anggota komunitas online.

Ketiga, untuk itu dai harus (pasti) mempunyai akun  media sosial resmi yang dianggap populer, seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, atau Twitter. Kata sandi diperlukan untuk memastikan keamanan semua akun.

Keempat, mau tidak mau sukses berdakwah di komunitas online memerlukan tim ahli teknologi informasi. Tugas tim  adalah menciptakan sistem komputer, jaringan, dan aplikasi baru, termasuk pemantauan, keamanan akun, dan pemeliharaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline